Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kiri) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (8/5).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arah koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 semakin jelas. Beberapa partai politik sudah merapat ke partai tertentu mengusung salah satu calon. Dari semua partai politik yang ada, tinggal Partai Golkar, Demokrat dan Hanura yang belum menentukan sikap.
Jika tiga partai terakhir ini berkoalisi maka cukup potensial memenangi pemilu. “Golkar, Demokrat dan Hanura itu 30,2 persen. Kekuatannya seimbang dengan PDIP, PKB dan Nasdem 34,71 persen juga Gerindra, PAN, PKS dan PPP 32,72 persen,” kata Ketua Perhimpunan Pemilu Damai Indonesia Indrawan, di Jakarta, Senin (12/5).
Ia mengatakan, jika gabungan Partai Golkar, Demokrat dan Hanura mampu malahirkan pasangan yang ideal, besar kemungkinan bisa kalahkan pasangan lain. Pasalnya, hingga kini masyarakat masih menunggu pasangan masing-masing capres dalam menentukan pilihan.
“Posisi cawapres vital. Karena berdasarkan survei, banyak yang belum menentukan pilihan. Rata-rata hanya menilai sesuai tingkat kesukaan pada capres,” ujarnya. Karena itu, kata Indrawan, beberapa nama pasangan bisa ditawarkan untuk memberi alternatif baru.
Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie bisa dipasangkan dengan capres Partai Demokrat hasil konvensi. “Misalnya ARB-Pramono Edhie atau ARB-Anies Baswedan. Pasangan ini cukup ideal, kombinasi jawa dan luar jawa,” tuturnya.
Indrawan melanjutkan, kekuatan pasangan tersebut bertambah dahsyat dengan peran aktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab menurutnya, pengaruh SBY masih sangat kuat dalam memengaruhi perilaku pemilih.
“Demokrat partai penguasa. Dan kharisma SBY tetap berpengaruh. Ditambah program pemerintahannya seperti Raskin, PNPM Mandiri, KUR, BOS, Jamkesmas sangat dirasa rakyat kecil,” jelas Indrawan.