Home >> >>
Resepsi Koalisi PDIP-Nasdem-PKB: Dari Canda, Sindiran, Sampai Kritikan
Jumat , 16 May 2014, 02:41 WIB
Antara/Ari Bowo Sucipto
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Jalan Raya Lenteng Agung Jakarta Selatan tampak semarak. Alunan lagu-lagu kebangsaan mengalun kencang berulang-ulang.

Sebuah tenda berkelambu merah putih dengan ukuran sekitar 40x70 meter berdiri menghias halaman parkir kantor. Tenda ini terhubung ke ruang parkir utama sisi sebelah barat yang sudah disulap menjadi lokasi inti acara: "Ir. H. Joko Widodo Calon Presiden PDI Perjuangan 2014-2019" demikian kalimat yang tertulis di bagian belakang latar panggung merah, lengkap dengan logo tiga partai, foto Soekarno, Megawati, dan Joko Widodo (Jokowi).

Rabu itu (14/5) resepsi deklarasi koalisi mendukung Jokowi sebagai capres digelar bersama PDIP-Nasdem-PKB.

Berdasarkan jadwal, resepsi deklarasi akan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Tapi sampai waktu yang ditentukan acara belum juga dimulai. Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh baru datang 11.10 WIB. Paloh datang didampingi Sekretaris Jendral DPP Nasdem, Rio Patrice Capela dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan. Menyusul kemudian Megawati, Jokowi, dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Sekitar pukul 14.00 WIB resepsi deklarasi dimulai. Tiga pentolan partai: Paloh, Megawati, Muhaimin masuk ke ruang inti acara. Mengikuti kemudian Jokowi dan Puan Maharani. Masing-masing mereka mengambil tempat duduk utama. Di sebelah sisi kiri panggung hadir jajaran pengurus PDIP, Nasdem, PKB. Acara dipandu Sekretaris Jendral DPP PDIP, Tjahjo Kumolo.

Setelah berbasi-basi soal tema acara, Tjahjo mempersilahkan Cak Imin menyampaikan pidato politik. Cak Imin mengawali pidato dengan guyonan soal kampung asalnya Jombang. Imin bilang Jombang adalah akronim dari ijo dan abang (hijau dan merah). "Saya asli dari Jombang. Singkatan dari ijo abang," kata Imin.

Namun kata Jombang, imbuh Cak Imin, juga bisa berarti ijo, mbiru, abang (hijau, biru, merah). Pernyataan Muhaimin sontak membuat hadirin tertawa dan bertepuk tangan meriah. Tak terkecuali dengan Paloh, Jokowi, Puan, dan Tjahjo. Barangkali mereka mengasosiasikan istilah hijau dengan PKB, biru dengan koalisi Nasdem, dan merah dengan PDIP.

Hanya Megawati yang terlihat tidak terpancing dengan guyonan Cak Imin. Boleh jadi dia sudah pernah mendengar guyonan serupa. "Memang agak maksa sih singkatannya. Alhamdulillah hari ini hijau, biru, dan merah bisa bersatu bersama," ujar Muhaimin.

Jokowi jadi alasan utama mengapa PKB mau koalisi dengan PDIP. Cak Imin melihat Jokowi sebagai pemimpin merakyat, egaliter, dan sederhana. Figur seperti Jokowi dianggap mampu mengoptimalkan segenap kekuatan bangsa dalam melaksanakan pembangunan. "Bangsa ini butuh pemimpin yang mampu mendorong kelompok masyarakat meneruskan perjuangan bangsa," ujarnya.

Pujian untuk Jokowi terus mengalir dari bibir Cak Imin. Kali ini Cak Imin menepis berbagai tudingan SARA yang dialamatkan kepada Jokowi. Menurutnya Jokowi adalah seorang muslim shaleh yang gemar beramal shaleh. Sikap saleh seperti Jokowi bahkan belum tentu dimiliki oleh Sekretaris Jendral DPP PKB, Imam Nahrowi.

"Orang yang mengaku shaleh belum tentu bisa beramal shaleh. Sekjen saya (Iman Nahrowi, red) shaleh tapi belum tentu beramal shaleh. Saya yakin Jokowi beramal shaleh," canda Muhaimin yang langsung disambut tawa riuh hadirin.

Sambil memuji Jokowi, Cak Imin tak lupa memuji Megawati. Dia menyebut Megawati sebagai ibu pengayom seluruh parpol. Kesabaran dan keteguhan hati Megawati lah yang menurut Cak Imin membawa partai-partai politik berkoalisi dengan PDIP. Menutup pidatonya Muhaimin berpesan agar kemesraan antara PKB-PDIP-Nasdem terus dijaga. Ketiga partai perlu kesolidan menghadapi pertarungan di pilpres 2014.

Pidato berikutnya giliran Surya Paloh. Paloh bilang kesepakatan koalisi tiga partai politik bukanlah akhir. Ada hajatan lebih besar yang menanti untuk diselesaikan bersama-sama: memenangkan pilpres 2014. "Tugas berikutnya adalah hajatan besar, pilpres," ujar pemilik stasiun televisi Metro Tv ini.

Paloh menceritakan masa-masa penjajakan antara Nasdem dan PDIP. Ketika itu usai pemilu legislatif 9 April Tjahjo Kumolo dan Jokowi menemui Paloh. Keduanya mendapat restu dari Megawati untuk mengajak Nasdem berkoalisi. Ajakan itu, kata Paloh, langsung dia terima tanpa proses yang bertele-tele. "Dalam waktu yang tidak terlalu lama telah terjadi kesepakatan PDIP dan Nasdem mengantarkan capres PDIP tanpa syarat apapun," kata Paloh.

Paloh mengatakan Nasdem ingin seiring sejalan dengan PDIP mengatasi permasalahan bangsa yang kompleks. Dia yakin duet Nasdem-PDIP ditambah PKB bisa menjadikan Jokowi presiden yang konsisten membangun bangsa.

Mendengar pidato Cak Imin dan Paloh, Jokowi tak kuasa menahan gembira. Dalam pidato politiknya Jokowi mengaku menjadi orang yang paling bahagia dalam kerjasama politik ini. Selama proses penjajakan dengan Nasdem Jokowi mengaku sempat menanyakan apakah Paloh akan meminta jabatan sejumlah menteri atau cawapres apabila berkoalisi dengan PDIP.

"Dijawab tidak. Ini langkah-langkah yang menurut orang tidak mungkin tapi kita bisa buktikan koalisi tanpa syarat memungkinkan kalau niat untuk bangsa," kata Jokowi.

Akhirnya, tibalah giliran Megawati menyampaikan pidato politik penutup resepsi koalisi siang itu. Pidato Megawati jauh dari kesan basa-basi. Tak ada puja-puji tanpa arti yang dilontarkan Megawati baik kepada Cak Imin, Paloh, dan bahkan Jokowi.

Pidato Megawati justru menyiratkan kritik dan sindiran terhadap oportunisme partai politik. Megawati biilang banyak orang politik tiba-tiba ingin mendekat ke Jokowi begitu mandat pencapresan ia berikan. Bagi Megawati dirinya sudah terbiasa menghadapi orang-orang semacam ini. "Menurut saya dalam situasi ini banyak orang yang bermain di tikungan," katanya.

Sindiran bernada candaan memang sempat dilontarkan Megawati kepada Cak Imin dan Paloh. Megawati mengatakan dirinya tidak terbiasa memanggil Cak Imin dengan sebutan Pak Muhaimin. Megawati lebih terbiasa memanggil Cak Imin dengan panggilan Imin yang berarti anak hilang. "Bagaimanapun kan dia di bawah saya," ujar Megawati menyiratkan dirinya paham rekam jejak Cak Imin.

Sindiran berikutnya disampaikan Megawati kepada Paloh. Menurut Megawati Paloh terlalu banyak basa-basi dalam membangun komunikasi politik. Padahal mestinya Paloh sudah mengenal watak Megawati yang tidak suka basa-basi. "Basa-basinya tinggi banget. Padahal sudah sering makan bareng," kata Megawati.

Megawati juga buka suara soal pertanyaan publik mengapa dirinya tidak pernah "turun gunung" mendampingi Jokowi berkomunikasi politik dengan para ketua umum partai. Megawati mengaku sikapnya didasari permintaan anaknya Puan Maharani. "Saya terus menerus berada di garis belakang karena Mbak Puan bilang 'Mamah jangan langsung ketemu (ketua umum parpol)'," ujar Megawati.

Megawati menyatakan Puan ingin agar dirinya hanya bertemu dengan ketua umum yang sudah pasti mau menerima konsep-konsep koalisi PDIP. "Jangan langsung ketemu kalau belum jelas maunya apa. Oke saya manut saja," ujar Megawati.

Selama proses komunikasi politik berlangsung, Puan memang menjadi salah satu jembatan komunikasi antara Megawati dengan para ketua umum partai. Megawati sendiri menyatakan deklarasi koalisi PDIP-Nasdem-PKB bukan berarti menutup peluang partai lain yang ingin bekerjasama. "Yang penting sudah tahu persyaratannya," kata Megawati.

Pernyataan yang cukup mengejutkan terjadi ketika Megawati mewanti-wanti Jokowi untuk asik sendiri dengan pencapresan. Megawati meminta Jokowi untuk tetap menjalankan tugas partai meski telah menjadi presiden.

"Ingat sampeyan saya jadikan capres. Tapi jangan hanya ingat capresnya saja. Anda adalah petugas partai yang harus menjalankan apa yang ditugaskan oleh PDIP," ujarnya.

Pengamat politik Universitas Parahyangan Bandung, Asep Warlan menilai pernyataan Megawati sebagai peringatan agar Jokowi jangan pernah melawan Megawati. "Ini langsung ditegaskan oleh Mega bahwa Jokowi adalah petugasnya yang harus tunduk pada majikan," kata Asep.

Resepsi deklarasi koalisi PDIP-Nasdem-PKB berakhir sekitar pukul 15:00. Para petinggi parpol saling berjabat tangan tersenyum mesra. Tidak ada yang tahu sampai kapan kemesraan mereka akan berlangsung.

Redaktur : Julkifli Marbun
Reporter : Muhammad Akbar Wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar