Home >> >>
GP Ansor Minta Sistem Pemilu Diubah
Sabtu , 17 May 2014, 19:54 WIB
Republika/Edi Yusuf
Sejumlah mahasiswa menggelar aksi terkait Pemilu 2014 di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO -- Sistem pileg dianggap perlu diperbaiki agar berlangsung lebih sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat. 

"Saya sudah pernah terlibat pemantauan pemilu di 17 negara dan tidak ada pemilu yang sekompleks dan serumit di Indonesia. Calonnya banyak dan balihonya banyak," kata Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid di Wonosobo, Sabtu (17/5).

Meski pun begitu, ia mengapresiasi keberhasilan pemilu di Indonesia. Karena meski pun rumit, tetap bisa berjalan dengan sukses. "Kemarin saya membayangkan akan kacau balau, ternyata tidak," katanya.

Di Srilangka, katanya, dengan sistem pemilu seperti saat ini mungkin sudah kacau. Untungnya hal seperti itu tak terjadi di Indonesia.

"Ke depan saya setuju kalau sistem pemilu sudah saatnya diubah. Kalau perlu kembali pada proposional murni yang dulu. Tetapi itu menciptakan oligarki hanya pejabat-pejabat politik yang bisa menikmati. Atau dengan sistem distrik sekalian seperti yang ada di Eropa atau Amerika Serikat, calonnya sedikit modelnya 'head to head' seperti model pilkades," katanya.

Ia mengatakan, satu kursi direbutkan sekitar empat orang dan satu partai satu calon. Ttidak satu partai 12 orang.

"Inilah proses transisi menuju demokrasi yang sedang mencari bentuk. Bangsa mana pun pernah mengalami seperti ini. Bagaimana pun juga pemilihan langsung jauh lebih baik dari pada menggunakan pendekatan perwakilan," katanya.

Ia mengatakan, dengan sistem perwakilan seperti dulu, kadang kepala daerah yang dipilih bukan yang dikehendaki rakyat. Sehingga ketika mayoritas rakyat ingin menggantinya, hal itu tidak bisa.

"Memang pemilihan yang berlangsung saat ini belum sempurna. Tetapi suatu saat dengan berjalannya waktu pasti akan mencapai titik kesempurnaan," katanya.

Redaktur : Mansyur Faqih
Sumber : antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar