REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta Prof Komaruddin Hidayat menyatakan, suara warga NU dan Muhammadiyah dalam pemilihan presiden, tidak akan bisa ditentukan oleh kiai, pimpinan organisasi masyarakat apalagi partai politik.
"Rakyat memiliki kebebasan, apakah mereka warga NU atau Muhammadiyah. Terlebih dalam memilih presiden. Tak ada jaminan anjuran kiai atau pimpinan ormas mesti ditaati warganya," katanya.
kepercayaannya terhadap etika politik sudah menurun karena melihat perkembangan politik belakangan yang sudah didominasi kepentingan sesaat.
"Kepercayaan saya pada etika politik sudah sangat menurun. Yang dominan adalah kepentingan uang dan kekuasaan, apa pun retorika yang dikemukakan," kata Prof Komaruddin Hidayat saat dihubungi di Jakarta, Selasa (20/5).
Saat ditanya mengenai suara umat Islam, khususnya warga NU dan Muhammadiyah dalam Pemilihan Presiden 2014, dia juga enggan berkomentar.
"Saya no comment (tak mau berkomentar, Red). Sekarang ini apakah masih ada pengikat dan pemersatu mereka yang disebut warga NU, Muhammadiyah dan umat Islam dalam sikap politik?" tanyanya.
Menurut Komaruddin, mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Karena itu, umat Islam Indonesia ada di mana. Semua calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing dalam pemilihan juga beragama Islam.
"KPK juga Islam, koruptor juga Islam. Yang diharapkan rakyat itu mereka yang punya kemampuan, integritas, pengalaman kerja dan semangat melayani," ujarnya.