REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan yang dilakukan anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat Letjen (Purn) TNI Suaidi Marasabessy terhadap pasangan capres-cawapres Jokowi-JK dinilai sebagai sikap yang ambigu. Sebab, Demokrat telah menyatakan sikap netral atau tidak memihak salah satu pasangan dalam pilpres 2014.
Jika Partai Demokrat tidak mengambil langkah tegas, maka partai besutan SBY tersebut dianggap tidak konsisten terkait hasil keputusan rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang menyatakan netral atau non blok dalam pemilihan presiden 2014.
"Padahal dia (Suaidi) fungsionaris. Kalau dukung mendukung itu politis sekali," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro kepada //Republika//, Jumat (23/5).
Menurutnya, partai berlambang segitiga mercy itu harus mengambil langkah tegas terhadap kadernya yang membelot atau bersikap 'melawan' keputusan partai. Sebab, dalam keputusan Rapimnas, Partai Demokrat mengatakan untuk tidak memihak salah satu pasangan.
"Secara institusi netral, secara individual dipersilahkan jangan golput. Tapi itu dalam konteks memilih 9 Juli nanti," ujarnya.
Sebelumnya, Suaidi Marasabessy menyatakan dukungannya terhadap pasangan capres dan cawapres Jokowi-JK dalam pemilihan presiden 2014. Dukungan itu merupakan sikap politik pribadi.
Menurutnya, pilihan politik itu didasari atas berbagai pertimbangan. Salah satunya, kata dia, adalah cara memimpin Jokowi yang dianggapnya mempunyai sosok karakter pemimpin yang bisa dipercaya.
"Saya sudah membandingkan karakter dua kandidat yang ada," ujarnya.
Meski demikian, dia mengaku belum meminta izin kepada SBY selaku majelis tinggi partai. Tetapi, dia optimis akan diberi izin karena sikapnya merupakan sikap pribadi dan tidak atas nama partai. Apalagi, kata dia, secara definitif Partai Demokrat bersikap netral tetapi tidak menyarankan setiap kadernya untuk golput (tidak memilih) dalam pilpres mendatang.