Home >> >>
Identitas Jadi Komoditas Pada Pilpres 2014
Senin , 26 May 2014, 23:05 WIB
antara
Prabowo Subianto (kanan) dan Hatta Rajasa (kiri) menyapa pendukungnya saat meninggalkan gedung KPU usai menyerahkan berkas-berkas kelengkapan pendaftaran untuk mengikuti Pilpres di halaman Gedung KPU, Jakpus, Selasa (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Identitas suku, ras, dan agama masih menjadi komoditas untuk bersaing dalam Pemilu Presiden 2014, kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito.

"Banyak elit-elit politik tidak bisa menjadi teladan, karena mereka mereproduksi identitas (suku, ras, agama) itu untuk komoditas politik," kata Arie di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, praktik politik identitas yang kerap muncul menjelang pemilu telah menyimpang dari etika dan tujuan berdemokrasi yang sesungguhnya. Upaya itu juga, kata dia, tidak memiliki korelasi substansial terhadap kebutuhan bangsa.

Oleh karena itu, kata dia, kini saatnya bertarung melawan kapitalisme global, bukan malah dipropaganda untuk bertarung antaragama, atau identitas lainnya.
"Saya berharap ini bukan hanya sekadar pilpres, tapi pemilihan pemimpin. Kalau memilih presiden itu gampang, tapi belum tentu presiden itu pemimpin," kata Arie.

Sementara itu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) memprediksikan politik identitas akan memiliki pengaruh kuat di antara dua pasangan capres-cawapres, apabila jarak elektabilitas keduanya tidak terpaut jauh.

"Dengan jarak lima persen, maka keduanya harus bertarung keras. Dengan jarak elektabilitas yang dekat, politik identitas akan memiliki efek menentukan kemenangan sebesar 12 persen," kata Direktur LSI Kuskrido Ambardi.

Menurut dia, politik identitas tidak akan berdampak signifikan apabila rata-rata pemilih telah memiliki kesadaran yang baik dalam menggunakan hak pilihnya.

Redaktur : Taufik Rachman
Sumber : antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar