Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono berjalan usai memberikan keterangan pers terkait hasil survey peserta konvensi calon presiden PD di Jakarta, Jumat (16/5). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat (PD) telah mendengar pemaparan visi misi dari pasangan Prabowo-Hatta, Ahad (1/6). Meski demikian, hasil pemaparan baru akan disampaikan kepada Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono pada Selasa (3/6) besok. Akibatnya, sikap resmi partai terkait dukungan belum juga diputuskan.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf mengatakan, apa yang terjadi di PD saat ini kembali membuktikan sikap ragu-ragu dari SBY selaku Ketua Umum. Dia menilai, sikap ragu-ragu ini membuat PD terkatung-katung dalam percaturan kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2014.
"Dulu bilang netral, setelah itu bilang 1 Juni, sekarang nunggu lagi. Ini kan bukti keragu-raguan SBY," katanya kepada Republika, Senin (2/6).
Maswadi mengatakan, pemaparan visi misi yang dilakukan Prabowo-Hatta di hadapan kader Demokrat hanya formalitas saja. Hal itu dilakukan hanya untuk mengulur-ulur waktu. Sebab, kata dia, jika hanya ingin tau visi misinya saja, tidak perlu harus mendengar secara langsung.
Tidak hanya Prabowo-Hatta, visi misi Jokowi-JK juga bisa diakses masyarakat secara luas dan sudah dipublikasikan KPU.
Menurutnya, partai berlambang segitiga mercy itu harusnya konsisten dengan sikap awal seperti hasil rapat pimpinan nasional (Rapimnas). Jika mendukung salah satu calon, maka PD dinilai tidak konsisten dan justru membingungkan kader di bawah.
Apalagi, kata dia, sudah ada kader-kader PD yang merapat ke masing-masing pasangan, baik ke Jokowi-JK maupun ke Prabowo-Hatta. Jika nanti PD secara resmi mendukung Prabowo-Hatta, maka kader yang mendukung Jokowi-JK otomatis harus mencabut dukungannya untuk mengikuti sikap partai.
"Hal seperti itu kan lucu. Yang salah partai tapi kader akhirnya kena imbas. Karena sejak awal langkah Demokrat sudah salah," ujar Guru Besar Ilmu Politik UI ini.
Dia juga meyakini, masyarakat akan semakin tidak percaya karena inkonsistensi partai yang dibidani SBY ini. Kalaupun PD mendukung Prabowo-Hatta secara resmi, Maswadi memprakirakan suara 10 persen PD dalam pileg tidak otomatis semuanya ke Prabowo. Sebab, masyarakat akan melihat figur kedua calon atau head to head antara Prabowo dan Jokowi.