Home >> >>
MUI: Ulama Harus Netral
Rabu , 04 Jun 2014, 10:42 WIB
antara
Layar menampilkan pasangan capres cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto (keempat kiri) - Hatta Radjasa (kelima kiri) dan pasangan capres cawapres nomor urut dua Joko Widodo (ketiga kiri) - Jusuf Kalla (kedua kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bengkulu mengimbau kepada seluruh ulama agar tetap netral terkait pilpres 9 Juli 2014. Alasannya, demi kemaslahatan umat.

"Kami minta agar tokoh ulama tidak menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan capres dan cawapres dengan mengatasnamakan Islam. Ini akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, ulama harus netral," kata Ketua MUI Kota Bengkulu, Rusdi Syam di Bengkulu, Rabu (4/6).

Dia mengatakan, setiap individu memiliki hak untuk memberikan dukungan terhadap salah satu pasangan capres. Namun tidak dengan membawa nama ulama dan agama.

"Lebih baik, ulama mengajak masyarakat berdoa, shalat istikharah, agar diberi petunjuk pilihan pemimpin yang terbaik untuk lima tahun ke depan," katanya.

Rusdi mengimbau semua pihak agar tidak mencampuradukkan agama dengan politik. Sehingga dapat menjaga kemurnian dan kesucian nilai agama.

Sebelumnya, Komandan Korem 041 Garuda Emas Provinsi Bengkulu Kolonel Inf Achmad Sudarsono mengimbau kepada seluruh unsur untuk tidak mengaitkan suku, agama, ras dan adat dengan pilpres.

"Saya minta seluruhnya baik masyarakat, tim sukses, serta unsur lainnya termasuk media agar tidak mengangkat unsur SARA. Pilpres ini sangat sensitif jika dikaitkan ke SARA," kata Achmad.

Menurut dia, sudah menjadi kewajiban seluruh unsur masyarakat di Indonesia untuk menyukseskan pemilu.

"Jadi jangan membuat isu bahwa agama tertentu mendukung salah satu calon tertentu, atau mengatakan suku tertentu misalnya Jawa mendukung capres A atau B, ini bisa menimbulkan konflik besar," katanya.

Redaktur : Mansyur Faqih
Sumber : antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar