REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan sekaligus wartawan senior, Radhar Panca Dahana menilai, keputusan Joko Widodo (Jokowi) menggandeng Jusuf Kalla (JK) menjadi calon wakil presiden (cawapres) sebagai keputusan keliru.
Itu karena JK diasosiasikan sebagai tokoh politik masa lalu yang tidak mewakili aspirasi perubahan. "Pak Jokowi menggandeng JK bisa menjadi blunder. Karena JK produk masa lalu," kata Radhar kepada Republika di Jakarta, Kamis (5/6).
Radhar mengatakan, tidak ada unsur idealisme dari langkah Jokowi menetapkan JK sebagai cawapres. Menurut Radhar, JK digandeng Jokowi karena pertimbangan politis semata. "JK didorong Nasdem, JK mantan wapres Wiranto, JK juga salah satu cawapres yang disodorkan PKB. Lebih banyak politisnya daripada idealismenya," ujarnya.
Kontestasi kubu Jokowi-JK dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di pemilu presiden tidak bisa dilepaskan dari pertarungan simbolik antardua kubu. Radhar menyatakan, mantan wali kota Solo tersebut selalu menampilkan simbol kesederhanaan dan pembaruan.
Ini terlihat, misalnya dari cara Jokowi berpidato, berpenampilan, dan menyelesaikan persoalan di masyarakat. Sayangnya simbol itu tereduksi dengan kehadiran JK yang dikenal sebagai sosok pengusaha, senior, dan bagian dari pemerintahan masa lalu.
Pada bagian lain, Radhar menilai Prabowo selalu menampilkan simbol-simbol yang bertolak belakang dengan Jokowi. Prabowo menurutnya figur yang memiliki obsesi besar, pikiran besar, dan penampilan megah. Persoalannya, simbol yang ditampilkan Prabowo justru mengesankan dirinya sebagai orang yang obsesif.
Itu lantaran, apa yang disampaikan Prabowo justru bertentangan dengan fakta bahwa dia dan Hatta merupakan bagian dari masa lalu. "Prabowo dan Hatta adalah bagian dari masa lalu yang biasa hidup nyaman. Lalu apa yang mau mereka rubah?" kritiknya.