Hanif Dhakiri (kanan) dan budayawan sekaligus Wakil Sekertaris Jendral PB Nadhlatul Ulama (PBNU) Abdul Mun'im.
REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Ikhtiar spiritual PKB untuk kemenangan Jokowi-JK dengan membawa rombongan ziarah ke makam Wali Songo juga dibarengi dengan konsolidasi di berbagai daerah yang disinggahi. Di Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), rombongan menyempatkan diri bersilaturahim dengan para kiai kampung.
Dalam kesempatan itu, rombongan DPP PKB disambut hangat oleh ratusan ulama dan santri di gedung Aswaja, Kantor PCNU Pekalongan, Senin (16/6). Mewakili rombongan, Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri mengatakan, Gerakan kiai kampung menjadi andalan partai merebut kemenangan suara rakyat hingga 80 persen untuk Jokowi-JK.
Peran para ulama diakui tak tergantikan sebagai penyaring calon pemimpin bangsa yang fokus pada pemerataan kesejahteraan pada pemerintahan mendatang. "Sekali lagi, meski masih terasa lelah saat masa pemilihan legislatif, kami minta tolong pada para kiai untuk kembali membantu memenangkan Jokowi-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti," ujar Hanif.
Hanif mengakui, kekuatan kiai kampung dan Laskar Santri Nusantara menjadi motor utama PKB untuk mensosialisasikan dukungannya terhadap Jokowi-JK ke tengah lingkungan Nahdliyin. Sehingga, meskipun ada beberapa gerakan massa serupa, mulai dari Gerakan Desa Bangkit, 1.000 Rupiah untuk Jokowi-JK, Gerakan Hijabers, dan lain sebagainya, kekuatan utamanya tetaplah dari komunitas pesantren.
"Itu semua tidak bisa kalau sekadar aliran batin atau hanya di hati saja tanpa bergerak. Maka, bukalah mata dan pikiran kita karena Jokowi asli NU-nya. Beliau adalah penganut Aswaja, amaliyahnya sama, suka ziarah kubur, sholawatan," tegas Hanif.
Sekretaris badan pemenangan Jokowi-JK itu membeberkan, masih banyak lagi keseharian mantan wali kota Solo tersebut yang menguatkan citranya sebagai warga Nahdliyin. Misalnya, ia selalu menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW semasa berkantor di Balai Kota Solo. Bahkan sang istri, Iriana pernah menjabat di struktural Fatayat NU Solo.
PKB, imbuh Hanif, menjadikan Jokowi sebagai capres karena tidak butuh pemimpin yang jago berorasi semata. "Pemimpin bisa mauidhoh (berbicara), tapi tidak uswatun hasanah. Kita butuh pemimpin yang menginspirasi masyarakat, maka kita optimis dengan pemikiran yang direstui para ulama, targetnya 80 persen suara untuk kemenangan Jokowi-JK," tegas Hanif.