REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap, munculnya transkip percakapan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief, terkait kasus bus Transjakarta, adalah bentuk kampanye hitam yang dialamatkan padanya.
"Kemarin muncul surat yang ada tandatangan saya, ternyata palsu. Sekarang ada lagi suara. Besok apalagi. Ndak ngerti lah," ujar capres dengan nomor urut dua tersebut di sela-sela kegiatannya di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (18/6).
Jokowi sendiri mengaku belum tahu banyak mengenai kemunculan transkip rekaman itu. Meski demikian, ia meyakini bahwa transkip rekaman itu palsu. Mantan wali kota Solo tersebut menganggap, transkip reakaman yang berdurasi 3 menit 12 detik itu sama saja dengan kemunculan surat palsu yang berisi permohonan penangguhan pemeriksaan dirinya kepada Kejaksaan Agung.
Meski demikian, Jokowi mengaku belum memutuskan apakah akan mengusut kasus ini atau tidak. "Yang (surat palsu) kemarin kan dicari orangnya sudah ketemu. Tapi begitu dilaporkan ke polisi langsung hilang," ucapnya.
Seperti diketahui, sebuah LSM yang menamakan diri Progres 98 mengaku mendapatkan transkrip rekaman yang diduga dilakukan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Jaksa Agung Basrief Arief. Ketua Progres 98 Faizal Assegaf mengatakan, transkrip rekaman itu membicarakan permintaan Mega agar Basrief tidak menyeret Jokowi dalam kasus korupsi Transjakarta.