REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulah Wimar Witoelar yang mengunggah foto yang menyudutkan capres Prabowo Subianto dengan penjelasan keterangan berisi tulisan tidak pantas membuat heboh publik. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menuntut agar Wimar meminta maaf secara resmi terkait penggunaan logo organisasi yang didirikan Ahmad Dahlan tersebut.
"Sebagaimana diputuskan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bahwa secara organisatoris, Persyarikatan Muhammadiyah yang telah berusia lebih dari satu abad ini secara konsisten bersikap netral terhadap persolaan hiruk pikuk perhelatan akbar bangsa tercinta. Terlebih dalam hal dukung mendukung. Dalam hal ini Muhammadiyah meminta pihak-pihak baik secara individu maupun partai politik serta tim sukses calon presiden dapat kiranya menghormati ketetapan Muhammadiyah, secara khusus terkait semakin memanasnya dinamika politik ditanah ibu pertiwi jelang pilpres 9 Juli mendatang," demikian pernyataan Wakil Sekretaris Majelis Pustaka Informasi PP Muhammadiyah Iwan Setiawan melalui http://www.muhammadiyah.or.id/ yang dikutip Republika Online.
Iwan menyatakan, terkait maraknya materi banner yang bernada provokasi yang telah dilakukan pada Facebook Wimar Witoelar, di mana lambang persyarikatan Muhammadiyah ditampilkan dengan mencantumkan keterangan "Gallery of Rogues.. Kebangkitan Bad Guys" (15/6/2014), tindakan itu sangat disayangkan sekali. Selaku publik figur, kata dia, kiranya tindakan Wimar, selain jelas menyakiti hati warga persyarikatan, juga akan dapat menjadikan bumerang bagi capres yang didukung wimar. "Karena dalam posisi pribadi/individu warga muhammadiyah, tentunya ada yang mendukung masing-masing capres dimaksud," katanya.
Menurut dia, "Secara pribadi saya berhadap Wimar secara gentle dan kesatria berkenan untuk menghapus banner dimaksud, dan secara pribadi mau menyatakan permintaan maaf kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Terlebih Wimar sebagai seorang jurnalis harusnya sangat faham akan etika dan kode etik dalam menyampaikan pendapat melalui media sosial, kecuali memang wimar memiliki agenda pribadi yang tidak baik untuk mengadu domba warga muhammadiyah."