REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati hari penyelenggaraan Pilpres 9 Juli nanti, elektabilitas Joko Widodo menunjukkan tren penurunan. Jokowi menyatakan, turunnya elektabilitas tersebut karena mesin partai politik pengusungnya tidak bergerak.
Pengamat politik Amir Hamzah menilai, alasan yang dilontarkan Jokowi kurang tepat. Elektabiltas Jokowi yang menurun, kata dia, lebih disebabkan pada ketokohannya sendiri. Dia mengatakan, masyarakat sudah mampu melihat bagaimana kinerja Jokowi sebenarnya. Hal itu yang membuat elektabiltas gubernur DKI Jakarta nonaktif itu kian merosot.
"Iya bisa saja mesin partai koalisi kurang bekerja dan PDIP yang pecah. Tapi, penyebab besarnya itu ada di Jokowi sendiri. Jokowi itu memang paling pintar menyalahkan orang lain," katanya, Jumat (20/06)
Amir mengatakan, sudah menjadi kebiasaan Jokowi selalu melimpahkan kesalahan pada orang lain jika kinerjanya tidak baik. Padahal, menurut dia, Jokowi sendiri termasuk orang yang tidak paham dengan aturan, bahkan cenderung melanggar aturan dan memaksakan
kehendaknya.
"Masyarakatkan terutama di Jakarta sudah merasakan sendiri kerjanya seperti apa, semakin lama semakin tidak sesuai dengan sistem. Coba lihat kebiasaannya itu, dalam sehari saja dia blusukan, paling tidak ada 100 surat terbengkalai dan membuat kinerja SKPD (satuan kerja perangkat daerah) jadi macet,"
katanya.