Home >> >>
Jargon Ekonomi Prabowo Susah Dilaksanakan
Ahad , 22 Jun 2014, 20:22 WIB
Republika/Wihdan Hidayat
Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto bersama musisi Ahmad Dhani saat kampanye akbar di Gelora Bung Karno, Ahad (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jargon ekonomi yang didelarasikan capres Prabowo Subianto dinilai indah didengarkan, tetapi sulit dijalankan. Malahan, kalau dilaksanakan malah membuat kondisi perekonomian negara bisa terpuruk.

"Sebagai kampanye, jargon-jargon yang dilepas Prabowo memang enak didengar, tetapi susah dilaksanakan," kata Dirut POINS Albert Simangunsong kepada wartawan, Ahad (22/6).

Dia mencontohkan, aksi Prabowo yang menandatangani kontrak politik dengan para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Dalam kontrak itu, Prabowo menyanggupi meningkatkan kesejahteraan para buruh dan memberikan upah minimum yang ideal.

"Ini akan sulit dijalankan Prabowo. Prabowo telah membuat blunder besar dengan partai-partai koalisinya. Sulit janji dengan buruh itu terwujud," tegasnya.

Sebelumnya, Prabowo dalam pandangan ekonominya melihat kondisi ekonomi Indonesia belum maksimal dikembangkan dan ingin meningkatkan rasio utang terhadap gross domestic product (PDB) menjadi 50 persen dari 24 persen.

Tak hanya itu, Tim Ekonomi Prabowo juga ingin mendapatkan tambahan modal dari bursa sekitar 300 dolar AS miliar dalam lima tahun agar ekonomi negeri ini menjadi 10 persen. Semua itu demi mewujudkan ambisinya, di mana ingin membuat rakyat bisa berdiri di kaki sendiri.

Redaktur : Erik Purnama Putra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar