REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -Pernyataan mantan panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto baru-baru ini menuai polemik. Wiranto, yang juga ketua umum Partai Hanura itu, menyebut eks danjen Kopassus Prabowo Subianto berinisiatif sendiri melakukan penangkapan aktivis pada 1998.
Pendiri Hanura, Fuad Bawazier dan Elza Syarief mengkritisi pernyataan Wiranto yang tidak sesuai fakta hukum yang ada. Fuad menyarankan agar berbagai dugaan terhadap Prabowo tidak muncul kembali. "Saya kira lebih bagus pada siapapun jenderal purnawirawan berhenti bernyanyi yang tidak manfaat, tidak memberikan pembelajaran politik yang baik," kata dia di Rumah Polonia, Senin (23/6).
Fuad menyarankan agar berhenti mengumbar dugaan. Apalagi, ia mengatakan, dugaan itu baru digulirkan ketika menuju momentum Pemilu Presiden/Wakil Presiden. "Mau maju ribut lagi, biasanya diam saja. Jadi kelihatan betul ini black campaign," kata politisi yang keluar dari Hanura dan menjadi bagian tim pemenangan Prabowo-Hatta Rajasa itu.
Mengenai Prabowo, Fuad mengatakan berpegang pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 62/ABRI/1998 yang ditandatangani Presiden BJ Habibie. Keppres keluar berdasarkan rekomendasi dari Wiranto sebagai Panglima ABRI/Menhankam saat itu.
Dalam Keppres itu disebut Prabowo diberhentikan dengan hormat. Kemudian ada juga Surat Sekretariat Negara Republik Indonesia pada September 1999 kepada Komnas HAM yang menyatakan Prabowo tidak terbukti terlibat dalam kerusuhan 1998.
Karena itu Fuad menyesalkan pernyataan Wiranto, pun dengan tokoh lain yang mengumbar tudingan terhadap Prabowo. Dia menilai memang biasa ada goyangan dalam dinamika politik. Namun, ia berharap itu tidak terjadi. "Kemarin-kemarin diam, sekarang baru bangkit. Ini kan kayak hantu gentayangan yang bangkit mendadak," katanya.