Home >> >>
Hasyim Muzadi Bela Nusron Wahid
Kamis , 26 Jun 2014, 12:22 WIB
Antara
Mantan ketua umum PBNU, K Hasyim Muzadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid dipecat oleh Partai Golkar gara-gara mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Padahal Nusron Wahid adalah peraih suara terbesar di pemilu legislatif lalu. Karena itulah, mantan ketua umum PBNU, Hasyim Muzadi melakukan pembelaan terhadap mantan Ketua Umum PB PMII itu.

Hasyim menilai, jika Nusron hendak menggugat Partai Golkar maka hal itu merupaan sebuah langkah baik. Pasalnya, pemecatan itu lebih karena selera Aburizal Bakri, ketimbang peraturan di internal Golkar. "Wajar kalau Nusron menggugat atas pemecatan dirinya dari Golkar. Pemecatan ini lebih terasa selera pimpinan daripada sebuah peraturan," kata Hasyim di Jakarta, Kamis (26/6).

Hasyim menambahkan, jika pemecatan Nusron berdasarkan peraturan, seharusnya kader-kader partai lain juga dipecat. "Mestinya Jusuf Kalla dan Luhut Panjaitan dipecat dulu, karena JK nyalon dan Luhut adalah tim sukses Jokowi-JK," ujarnya.

Mantan cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri itu memastikan, suara besar yang diraih Nusron untuk partai Golkar dari kaum nahdliyin. "Suara 243 ribu yang diraih Nusron didapilnya pasti suara kaum nahdliyin. Bagaimana kalau dialihkan ke orang lain?" kata pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.

Nusron yang merupakan kader NU potensial, kata Hasyim, bisa kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), jika memang menjadi korban ketidakadilan politik. Bahkan Hasyim siap mendukung sikap politik Nusron tersebut.

"Saya akan dukung Nusron kalau ternyata ikut tetangga lebih sengsara daripada di rumah besar NU sendiri. Anak muda seperti Nusron tidak selayaknya semangatnya dipatahkan oleh yang tua-tua," tegasnya.

Redaktur : Erik Purnama Putra
Reporter : Nashih Nasrullah
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar