REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN --Calon presiden Joko Widodo dinilai sebagai tokoh yang sangat menghargai keberagaman sehingga diyakini mampu memberikan ketenangan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat di Indonesia.
Dalam dialog kebangsaan di kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Sumatra Utara di Medan, Kamis (26/5), mantan menko Kesra Alwi Shihab mengatakan, sikap yang menghargai keberagaman tersebut sangat dibutuhkan di Indonesia.
Dengan adanya sikap menghargai keberagaman dari seorang capres tersebut, diyakini kondusivitas dan ketenteraman hidup masyarakat akan lebih terjamin dan terjaga. Ketenteraman dalam keberagaman selama ini menyebabkan kerukunan di Indonesia sering dijadikan model kehidupan beragama di kalangan internasional.
Atas pertimbangan tersebut, pihaknya mengajak masyarakat untuk memilih pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang didukung PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKB, Partai Hanura, dan PKPI itu. "Kalau tenang, sejuk, tenang, dan rukun, nomor dualah (Jokowi-JK)," kata politikus PKB itu.
Awalnya, Alwi mengaku, tidak ingin terlibat dalam Pilpres 2014 yang diikuti dua kontestan, yakni Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK tersebut. Namun, karena melihat jejak rekam Jokowi yang sangat menghargai keberagaman tersebut, ia bersedia ketika diajak bergabung oleh Luhut Panjaitan selaku dewan pengarah Tim Kampanye Jokowi-JK. "Ketika saya lihat, wah saya merasa cocok ini," kata mantan menteri luar negeri tersebut.
Keberadaan Jokowi sebagai tokoh yang sangat menghargai keberagaman tersebut juga menyebabkan banyaknya tokoh pluralis yang mendukung pasangan Jokowi-JK "Saya mendengar, Frans Magnis Suseno juga mendukung nomor dua karena alasan ini," ujar Alwi.