Home >> >>
Video Nazi Ahmad Dhani, Pendidikan Politik yang Buruk
Jumat , 27 Jun 2014, 20:55 WIB
Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie (tengah), Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens (kanan), dan Ketua DPP Bidang Advokasi Partai NasDem Taufik Basari Berdiskusi tentang Mafia Pemilu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim sukses (Timses) pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mengkritik video nazi Ahmad Dhani.

Menurut anggota Timses Joko Widodo-Jusuf Kalla, Taufik Basari, melihat dari lirik lagu mengarah pada kampanye untuk memberi dukungan pada pasangan capres-cawapres tertentu. Tapi substansi video harus dilihat dari nilai-nilainya.

Terlebih penggunaan simbol-simbol tertentu seolah-olah melihat kalau memilih persepsinya menyamakan dengan yang dikampanyekan.

Menurut Taufik, kalau ingin mengetahui sejauh mana orang yang dikampanyekan dengan simbol video tergantung responnya. Kalau tidak mau dipersepsikan sama dengan yang dikampanyekan orang tertentu maka sikapnya harus tegas.

"Bagaimana responnya bisa mengutuk, mengecam, menyayangkan, memaklumi atau mendukung.
Kita tidak ingin model-model video seperti ini dijadikan alat kampanye. Kalau mendiamkan atau mentolerir bisa saja dianggap setuju," kata Taufik, di Jakarta, jumat (27/6).

Menurutnya, sah-sah saja video itu sebagai ekspresi seni. Namun yang penting bagaimana belajar sejarah, kemudian mengambil nilai dan hikmah. Namun baginya simbol-simbol fasisme harus dihapus dari muka bumi. Dia berharap kasus video Ahmad Dani bisa direspon dengan baik dan tidak menimbulkan hal negatif.
 
"Perlu disadari video Ahmad Dani memberikan pendidikan politik yang buruk karena sejarah dunia sudah mencatat tindakan-tindakan nazi adalah tindakan kejam yang menjadi pelajaran berharga bagi kita. Kalau kita memberikan dukungan kepada simbol fasisme kita mengalami kemunduran," kata Taufik.

Di sisi lain, kubu Jokowi-JK tidak terpengaruh dengan video tersebut. Dia menyerahkan kepada pihak Prabowo-Hatta untuk merespon. "Kita tidak punya kepentingan untuk ditarik atau tidak karena videonya tidak bersentuhan langsung dengan Jokowi-JK. Kita juga tidak akan menyarankan apapun," imbuhnya.
 
Pihaknya hanya mengimbau agar semuanya melakukan pendidikan politik yang baik. Salah satunya, lanjutnya, dalam hal jangan pernah mentolerir kekejaman peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan. Pihaknya hanya mengimbau jangan sampai ada efek negatif yang timbul melalui rasa permisif dengan kejahatan.

"Kita tidak mencampuri urusan video, kita serahkan kepada publik untuk menilai. Posisi kita lebih ke mengingatkan masyarakat jangan sampai punya persepsi yang bukan pada tempatnya. Kita merasa punya kewajiban untuk mengingatkan masyarakat," kata Taufik.

Redaktur : Djibril Muhammad
Reporter : C87
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar