REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari 125 juta tenaga kerja Indonesia, sebesar 46 persen masih berpendidikan sekolah dasar (SD). Hanya delapan persen saja yang pendidikannya sudah mencapai perguruan tinggi.
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa menargetkan angka partisipasi kasar perguruan tinggi harus ditingkatkan. "APK perguruan tinggi pada 2019 akan ditingkatkan sampai 40 persen," ujar calon wakil presiden Hatta Rajasa dalam debat di Hotel Bidakara Jakarta, Ahad (29/6).
Tenaga kerja yang pendidikannya rendah tapi sudah masuk ke pasar kerja perlu diberi pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Peningkatan keterampilan ini dapat dilakukan dengan membuka balai latihan.
Revitalisasi balai latihan diperlukan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan. Secara jangka panjang, tenaga kerja ini perlu diberi pendidikan. "Pendidikan adalah kata kunci untuk menghilangkan kesenjangan," ujar Hatta.
Pemerintah juga perlu menciptakan pusat pertumbuhan baru. Hatta menilai, pertumbuhan tidak bisa lagi hanya terpusat di Pulau Jawa. Pusat pertumbuhan baru ini telah dimulai Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Hatta mengatakan, hal ini bisa dilakukan dengan mengembangkan sumber pertumbuhan baru berbasis kekayaan lokal.Dengan adanya pusat pertumbuhan baru, Hatta meyakini putra-putra daerah bisa memperoleh pendidikan yang layak. "Putra daerah akan masuk ke pusat pertumbuhan tersebut, bekerja, sambil mendapat pendidikan sesuai keunggulan daerah masing-masing," kata Hatta.