REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kampanye hitam berpotensi berdampak pada penurunan elektabilitas berdampak pada penurunan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden. Sehingga, seharusnya cara-cara seperti itu seharusnya tidak dilakukan. Jokowi-JK menjadi pasangan yang paling banyak mendapat serangan hitam.
"Serangan hitam, intimidasi, dan manipulasi informasi berpengaruh terhadap persepsi rakyat," kata Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK, Tjahjo Kumolo dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (1/7).
Tjahjo berpendapat sejumlah survei yang menunjukkan semakin tipisnya perbedaan elektabilitas antara kedua pasangan capres-cawapres juga terjadi pada saat merebaknya kampanye hitam seperti tabloid Obor Rakyat. Namun demikian, ia yakin bahwa masyarakat akan tetap memilih pemimpin yang sederhana dan teruji kerjanya serta tidak menggunakan metode-metode kampanye hitam.
Survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukkan kampanye hitam efektif memengaruhi elektabilitas calon presiden dari PDIP Jokowi yang terus menurun. Beberapa waktu lalu Jokowi diserang kampanye hitam menyangkut isu SARA seperti Jokowi keturunan Tionghoa dan Kristen serta anti-Islam.
"Kampanye hitam terkait isu Kristen dan Tionghoa ternyata efektif menurunkan elektabilitas Jokowi," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam Seminar Nasional "Memilih Presiden yang Pro Kelestarian Lingkungan dan HAM", di Jakarta, Rabu (18/6).
MUI kecam
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam keras segala bentuk kampanye hitam yang terjadi pada sepanjang proses pelaksanaan tahapan Pilpres 2014 tersebut. "Apalagi fitnah dan ghibah yang merajalela akhir-akhir ini oleh kedua belah pihak pasangan capres-cawapres," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Din Syamsudin di Jakarta, Selasa (24/6).
Pasangan capres-cawapres dan pendukungnya juga diminta untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan mengedepankan persaingan yang sehat dan menghentikan segala bentuk kampanye hitam, fitnah dan ghibah.