REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres Prabowo Subianto dinilai punya kelebihan tersendiri yang jarang dimiliki elite politik lain. Dia selalu tepat memilih orang untuk ditempatkan di posisi pemerintahan. Sebut saja Ridwan Kamil yang terpilih sebagai wali kota Bandung, termasuk pasangan Jokowi-Ahok di Pemprov DKI Jakarta.
“Itu adalah pilihan Prabowo. Dia punya instink, intuisi dan kecerdasan intelektual yang kuat, mampu membaca potensi sekaligus menangkap momentum. Juga, dia mengendepankan prinsip meritokrasi dalam gaya kepemimpinannya,” kata pengamat politik Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consulting, Budiman Hidayat, ketika dihubungi, Selasa (1/7).
Hal sama juga terjadi dalam memilih calon wakil presiden (cawapres) sebagai pendamping dirinya. Pilihan Prabowo yang jatuh pada sosok Hatta Rajasa merupakan pilihan jitu. Pasalnya, kualitas Hatta begitu mumpuni dan akan mengisi kekurangan Prabowo.
“Siapa yang gak terkejut dengan penampilan Hatta di debat cawapres? Luar biasa. JK tak mampu mengimbangi," jelasnya. Hatta menunjukkan dirinya sebagai teknokrat ulung, administrator andal. Konsep dan kerangka berpikirnya sistematik layaknya akademisi.
Budiman meyakini, Hatta bukan direkomendasikan oleh orang-orang tertentu melainkan merupakan pilihan Prabowo sendiri. Sepak terjang Hatta di birokrasi pemerintahan serta kemampuannya memimpin Partai Amanat Nasional (PAN) dilihat sebagai salah satu pertimbangan Prabowo.
“Kalau dibilang kombinasi Prabowo-Hatta mirip dengan Sukarno-Hatta, saya termasuk orang yang mengamini. Ini lebih dari sekadar kebetulan. Soalnya masing-masing sama-sama bertipe solidarity maker dan administrator atau teknokrat,” katanya.
Menurut Budiman, kemampuan Prabowo berpidato dan beretorika, menyampaikan pesan nasionalisme ke publik secara lugas dan tegas, sebanding dengan Sukarno. Sedangkan kemampuan Hatta Rajasa mengurai masalah sistem administrasi pemerintahan mirip dengan sosok Muhammad Hatta.
Dua tipologi kepemimpinan ini, katanya, sangat dibutuhkan Indonesia sekarang.“Saya kira Prabowo tahu soal tipologi kepemimpinan ini. Dua jempollah,” tegas Budiman.