REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota tim pemenangan Jokowi-JK, Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, antusiasme masyarakat Indonesia, termasuk yang berada di luar negeri, untuk menggunakan hak pilih dalam Pilpres 9 Juli sangat konstruktif bagi pengembangan demokrasi.
Karenanya, Ferry berharap jangan sampai hal itu diganggu bahkan dirusak oleh aparatur negara atau penyelenggara pemilu. “Mari kita hadirkan proses politik yang bermartabat. Pasalnya, ini bukan sekadar pada siapa yang menang, tapi ini menyangkut martabat Indonesia dalam berdemokrasi,” ujar Ferry kepada wartawan di Jakarta, Selasa (8/7).
Kasus pemungutan suara di luar negeri yang diberitakan ada kekacauan, terutama di Hong Kong pada Ahad (6/7) lalu, menurut Ferry, sangat memukul rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
“Betapa suatu peristiwa demokrasi (pilpres) yang diselenggarakan bagi WNI di luar negeri, kok terjadi keributan. Kasus seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika penyelenggara pemilu mengantisipasi menyangkut kemungkinan kekurangan kertas suara dan batas waktu pemakaian tempat," ungkapnya.
Menurut dia, yang terjadi di Hong Kong, bukan lagi sekadar pada teknis pemungutan suara, tetapi sudah menyentuh pada imaje bangsa Indonesia di luar negeri, juga soal hak politik WNI yang dijamin oleh konstitusi.
Ferry mempertanyakan antisipasi penyelenggara pilpres terhadap ketersediaan surat suara bagi pemilih di luar negeri yang menurut keputusan KPU berjumlah 2.038.711 ditambah 2 persen cadangan, maka totalnya adalah 2.079.485 surat suara. “Berapa surat suara yang disediakan di Hong Kong dan Los Angeles?”
Menurut dia, masih ada waktu untuk memberi kesempatan kepada WNI untuk menggunakan hak pilihnya pada pilpres? “Apalagi pemilih luar negeri disediakan tiga cara pemungutan suara: datang ke TPS, melalui pos dan sistem drop boks.”