REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Emrus Corner, Emrus Sihombing mengatakan, semua aktor politik di negeri ini harus melawan tindakan serangan fajar. Oleh sebab itu, kedua pasangan capres cawapres tidak boleh memberi peluang sekecil apa pun, termasuk menyarankan menerima serangan fajar.
Hal itu diungkapkannya, menyusul semakin dekatnya hari H pemilihan presiden (pilpres) Rabu 9 Juli. “Serangan fajar merusak tatanan negara kita yang menjunjung tinggi kedaulatan ada di tangan rakyat. Dengan serangan fajar membuat kedaulatan bergeser dari rakyat kepada kekuasaan dan pemillik uang,” kata Emrus, Selasa (8/7).
Emrus mengingatkan, rakyat sebagai pemilik hak suara harus menolak segala bentuk serangan fajar. Sudah menjadi makna umum bahwa serangan fajar adalah tindakan pemberian uang untuk mempengaruhi rakyat memberikan suara kepada kepentingan pemberi uang.
Oleh karena itu, tegas Emrus, siapa pun aktor politik, langsung atau tidak langsung yang terkait dengan serangan fajar, merupakan politisi transaksional dan pragmatis.
“Mereka pasti mendahulukan kekuasan daripada idealisme negara. Tujuan mereka bukan melakukan perubahan dan restorasi menuju Indonesia lebih maju pada berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi untuk meraih kekuasan semata,” ujar Emrus.
Jika para pendukung capres melakukan politik uang, konsekuensi logisnya, menurut Emrus, rakyat tidak sejahtera dan Indonesia menjadi pecundang di kancah politik internasional.
"Itu karena semua dapat dipertukarkan dengan kepentingan atas dasar keberlangsungan kekuasaan yang telah digenggam oleh pelaku serangan fajar," tegasnya.