Home >> >>
Peran Saksi di TPS Penting Cegah Kecurangan
Selasa , 08 Jul 2014, 22:52 WIB
Warga memasukkan surat suara ke dalam kotak dalam pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif ulang di TPS 20, Desa Banteng, Ciampea, Kabupaten Bogor, Ahad (13/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan pemilu presiden 2014, akan dilakukan pada, Rabu (9/7). Peran saksi dan pengawasan menjadi salah satu yang paling krusial untuk mengantisipasi kecurangan di tempat pemungutan suara (TPS).

Memperhitungkan peta politik dan partai pendukung, kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinilai lebih siap dan rapi dalam menyediakan saksi. Itu setelah pasangan nomor urut 1 tersebut menyiapkan ratusan ribu saksi untuk mengawasi dan mencegah terjadinya penyimpangan selama pencoblosan.

"Ini terlihat dari efektifnya mesin partai politik di koalisi mereka selama masa kampanye. Sehingga dalam penyediaan dan pengerahan saksi, juga lebih terstruktur," kata pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Idil Akbar ketika dihubungi, Selasa (8/7).

Dia mengatakan, keunggulan di sisi saksi juga diikuti dengan kinerja pengawasan yang lebih baik dari para kader parpol Koalisi Merah Putih. "Ini bukan karena jumlah parpol koalisi lebih banyak. Tapi dari mencermati efektivitas mesin parpol selama menggalang dukungan selama ini. Dari segi pengalaman, mereka juga kuat," ujarnya.

Untuk kubu Jokowi, Akbar mengapresiasi kemampuan gubernur DKI Jakarta nonaktif itu dalam menggerakkan relawan. Sayangnya, pada pelaksanaan pilpres di tingkat lapangan, faktor saksi yang terstruktur secara formal lebih banyak berperan.

"Saksi kan ditentukan secara resmi. Ini yang menjadi titik lemah. Sedangkan sejak awal mesin parpol PDIP dan lain-lain tidak terkonsolidasi dengan baik. Ini akan berpengaruh terutama pada kinerja saksi dan pengawasan oleh mereka di TPS," katanya.

Redaktur : Erik Purnama Putra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar