REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Awal proses pemungutan suara di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Marzoeki Mahdi, Bogor Jawa Barat berlangsung lancar. Dari 62 pasien yang layak memilih ternyata hanya 38 yang berhasil diambil suaranya.
Alasanya beragam, ada yang takut, ada yang tidak mengerti bagaimana cara memilih calon presiden dan wakil presiden, dan ada juga yang belum terdaftar.
Padahal sebelumnya dari 231 yang terdaftar, hanya 62 yang dinyatakan sudah bisa memilih berdasarkan rekomendasi dari psikiater RSJ Marzoeki Mahdi. Namun pada saat waktu pemilihan, dari 62 orang pasien yang berhak memilih itu berkurang jadi 38 pasien.
Pemungutan suara dilakukan di aula Serbaguna RSJ. Tepat pukul 09.00 WIB, sebanyak 32 pasien telah memilih. Setelah mengambil suara dari 32 pasien tim KPPS langsung mendatangi Bangsal atau ruangan pasien.
Anggota KPU Kota Bogor Divis Teknis Syamdudin, pasien RSJ yang datang langsung menyampaikan suaranya ke aula serbaguna itu pasien yang mampu secara teknis dan psikologis, namun demikian mereka masih ditemani suster pendamping.
"Sementara pasien yang kita datangi langsung ke Bangsal adalah pasien yang sensitif, seperti pasien yang sudah sepuh," katanya kepada ROL saat memantau pemungutan suara di RSJ, Rabu (9/7).
Di ruang Dwiamba seorang pasien bernama Liong Sipin 70 tahun, langsung balik badan setelah disodorkan kartu pemilih. "Apa ini?," tanya Sipin. "Nyoblos," kata petugas KPPS.
"Iih apaan ini, nggak-nggak, nggak mau, buang sana buang. Lagian saya nggak ngerti," kata wanita Tionghoa itu yang langsung membantingkan badannya ke tempat tidur.
Sementara Badarudin (27 tahun) terlihat lancar teman satu ruangan Liong Sipin, mulai dari membuka, mencoblos serta melipat kembali surat suara untuk dimasukan kedalam kotak suara.
Lain halnya dengan teman satu ruangan Badarudin yang bernama Ipin (30 tahun). Ipin yang sudah lancar berkomunikasi dengan lingkungan sekitar langsung mendatangi tim KPPS. "Mana kartu saya, saya mau nyoblos," katanya.
Karena tidak terdata di TPS, akhirnya Ipin tidak nyoblos, dia mengaku kecewa, tidak memilih jagoannya, dia hanya menyalami setiap orang yang datang keruangannya. "Ah saya mau milih dua jari, nggak boleh. Hampura-hampuranya (maaf-maaf ya)," katanya.
Sementara pasien VIP di ruangan Sri Kandi bernama Mahfud dan Indra terlihat lancar melakukan proses pemilihan. Keduanya terlihat tidak membaca nama setelah melihat gambar, keduanya langsung mencoblos salah satu gambar dari kertas suara.