Home >> >>
Pengamat: TNI, Polri dan Intelijen Harus Netral
Kamis , 10 Jul 2014, 15:14 WIB
Republika/Tahta Aidilla
Pemilu 2014

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Profesor Riset LIPI, Ikrar Nusa Bakti, mengatakan, posisi TNI, Polri dan intilijen harus netral dalam proses real count Pilpres 2014.

"Bukan hanya netral secara verbal atau tertulis tapi juga bebar-benar dalam implementasi," ujar Ikrar, Kamis (10/7). Menurut dia, implementasi prinsip netralitas itu penting untuk menjawab isu-isu yang menyatakan aparat keamanan dan intelijen berpihak kepada satu kandidat.

"Elite politik harus jaga netralitas dan jangan memanas-manasi dan melibat-libatkan TNI, Polri dan intelijen dalam persaingan politik," ungkap Ikrar.

Menurut dia, dalam situasi munculnya perbedaan hitung cepat, penjagaan aparat keamanan perlu lebih ketat mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten. Hal itu, kata dia, untuk menutup peluang bekerjanya vote trading dengan menipulasi suara dalam proses rekapitulasi suara.

Ikrar Nusa Bakti, mengatakan, hasil pemilu presiden akan menentukan masa depan demokrasi Indonesia. "Apakah kita akan setback atau melangkah ke jalur demokrasi.

Redaktur : Heri Ruslan
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar