Home >> >>
Masyarakat Harus Cerdas Sikapi 'Quick Count'
Kamis , 10 Jul 2014, 20:07 WIB
Republika/Erik Purnama Putra
Hasil hitung cepat (quick count) Radio Republik Indonesia (RRI).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono mengingatkan masyarakat untuk cerdas dalam menyikapi quick count Pilpres 2014 yang hasilnya berbeda-beda. "Tidak hanya cerdas dalam memilih calon pemimpin. Tetapi, harus cerdas pula dalam menyikapi hasil quick count (hitung cepat)," katanya di Semarang, Kamis (10/7), menyikapi adanya perbedaan hasil quick count.

Menurut dia, perbedaan hasil quick count sebenarnya merupakan hal yang biasa dan sangat mungkin terjadi karena metodologi yang digunakan masing-masing lembaga survei bisa saja berbeda. Perbedaan hasil quick count pernah terjadi dalam beberapa kali ajang pemilihan kepala daerah di Indonesia, kata dia, dan kali ini kembali terjadi dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014.

"Ada quick count yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, ada pula yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Bahwa hasilnya berbeda, sah-sah saja sebenarnya," katanya.

Ia menjelaskan perbedaan hasil quick count yang terjadi sekarang ini setidaknya disebabkan dua hal, yakni selisih perolehan suara kedua kandidat yang sangat tipis dan tidak ada kandidat yang menang mutlak. "Kedua, lembaga-lembaga survei yang melakukan quick count berbeda-beda, semisal dari aspek pengalaman. Ada yang sudah lama, berpengalaman, ada yang baru, dari aspek kredibilitasnya juga," katanya.

Dengan kondisi seperti itu, kata dia, masyarakat harus cerdas dalam menyikapi perbedaan hasil quick count itu, semisal tidak melakukan selebrasi berlebihan merayakan kemenangan capres pilihannya. Pengajar FISIP Undip itu mengatakan seluruh pihak harus menahan diri, baik dari capres-cawapresnya, tim suksesnya, maupun para pendukungnya untuk tidak melakukan selebrasi maupun provokasi.

"Bahwa hasil quick count berbeda, biarkan saja. Yang penting, masyarakat harus mengikuti proses politik sebagaimana tahapan yang sudah ditetapkan, yakni menunggu hasil penghitungan manual oleh KPU," katanya.


Redaktur : Nidia Zuraya
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar