REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dalam peta sosial-politik nasional, Sulawesi Selatan (Sulsel) selalu ditandai sebagai zona merah. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah provinsi di Indonesia Timur itu yang sarat bentrokan sosial, mulai dari tawuran mahasiswa hingga sengketa pemilihan kepala daerah.
Namun cerita berbeda pada pemilihan presiden kali ini. Nyaris tak ada perselisihan atau gejolak saling klaim kemenangan antarpendukung kandidat yang bersaing.
Seperti di tempat-tempat lain, hari pemilihan 9 Juli lalu, sejak pagi hingga tengah hari, jalanan di Makassar, Ibu Kota Sulsel, lengang. Hari ini, Kamis (10/7) warga Makassar sudah larut kembali dalam aktivitas seperti biasanya.
Di Sulsel, mengacu pada hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survey, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menang dengan perolehan suara dia atas 70 persen. Khusus di Makassar, hasil perhitungan langsung (real count) Panwaslu menunjukan kemenangan pasangan nomor urut dua sebesar 70,36 persen.
Salah satu faktor damainya pilpres di Sulsel disebut-sebut karena suara antarkedua pasang kandidat terpaut jauh. Mayoritas warga Sulsel menjatuhkan pilihan terhadap pasangan nomor dua karena faktor Jusuf Kalla, yang memang asli putra daerah setempat.
Ketokohan JK dalam relasi pergaulan para elit politik di Sulsel juga membuat kubu-kubu lain segan untuk 'mencari perkara'.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla membenarkan begitu kuatnya figur JK di Sulsel. Menurut Adi, bahkan Gubernur Sulsel sendiri, yang kali ini berada di kubu politik yang bersebrangan, tidak bisa berkontribusi banyak untuk mengerek suara warganya mendukung Prabowo-Hatta. "Gubernur Sulsel sendiri berada dalam beban kultural. Dan tidak hanya gubernur, tokoh-tokoh lain pun begitu,” kata Adi, dihubungi beberapa waktu lalu.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulsel hingga sehari pascapemilihan belum menerima pengaduan sama sekali dari kedua kubu. Ketua Bawaslu Sulsel Laode Arumahi menyampaikan bahwa pilpres di Sulsel berjalan damai. "Di beberapa daerah yang ditandai rawan terbukti tidak ada masalah, seperti Palopo, Luwu, Takalar Utara, semuanya damai," ujar Arumahi, dijumpai Kamis (10/7) di kantornya, di Jalan AP Pettarani Makassar.
Menyusuri sejumlah jalan protokol di Makassar, berbagai alat peraga kampanye masih ada. Gambar-gambar besar, terutama milik kubu Jokowi-JK, masih bertebaran di tepian hingga di atas jalan. Berjalan melintasi rumah-rumah penduduk, sesekali terdengar orang-orang terlibat percakapan menyebut nama "Jokowi" atau "Prabowo".
Di warung-warung kopi, sejumlah warga tampak khusyu melihat perkembangan berita pilpres di layar televisi. Singkat kata, pilpres di Sulsel berjalan lancar dan damai.