REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemungutan suara Pilpres 2014 berlangsung meriah di sejumlah kota di Provinsi Bali. Sejak pukul 07.00 WIB, Rabu (9/7), warga berbondong-bondong mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) di banjar.
Banjar dijadikan tempat pemungutan suara untuk menghormati adat Bali. Dalam adat tersebut balai banjar menjadi tempat musyawarah warga desa.
Komang Trisnawati mengatakan, pemungutan suara yang dilaksanakan di banjar sudah dilakukan sejak Pilpres sebelumnya. Menurut dia, hal yang bagus dilakukan oleh pemerintah Bali yang mengadakan pemungutan suara di TPS.
''Ya bagus, jadi bisa bertemu semua orang. Ga hanya warga asli Bali saja,'' ujarnya yang ketika itu memilih di Banjar Jabapura, Badung, Bali.
Republika mengamati, salah satunya di TPS Banjar Padang Sumbu Kaja, warga asli Bali yang datang ke TPS memakai pakaian adat putih-putih atau pakaian keagaman umat Hindu Madya. Mereka pun sembahyang sebelum acara pemilihan dimulai.
Umat Islam yang memilih juga mendatangi Banjar untuk memilih, padahal kegiatan utama di Banjar salah satunya beribadah khusus agama Hindu. Kerukunan terlihat antar umat beragama dengan adanya Pilpres 2014.
Wirawan, warga yang ditemui di Jalan Kapten Cok Agung Tresna, Denpasar, mengatakan, sangat mengapresiasi sikap pemerintah Bali yang memanfaatkan Pilpres untuk kerukunan beragama.
''Kita hargai, kita apresiasi. Jadinya saling menjaga dan menghormati,'' kata dia.
Pasca pemungutan suara, Kamis (10/7), banjar-banjar tersebut kembali sepi dari kegiatan. Banjar Munang-Maning, Banjar Pengubengan, dan banjar yang lainnya, kini hanya diisi oleh meja-meja sisa pemungutan suara.
Tokoh Adat dan Masyarakat Bali, I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, kerukunan di Bali sudah tidak perlu diragukan. Justru, pihak yang berkepentingan harus melihat Bali sebagai barometer kerukunan tidak hanya antar umat beragama tapi perbedaan ideologi.
''Kita harap masing-masing tim sukses tenangkan masyarakat, jaga kestabilan, jangan membuat ketersinggungan,'' kata dia, Kamis (10/7).