REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya hasil hitung cepat (quick count) versi Radio Republik Indonesia (RRI) memunculkan banyak pertanyaan. Mulai motivasi hingga pendanaan RRI dalam melakukan quick countnya.
Apalagi, RRI menggunakan aplikasi Android ‘RRI Play’ untuk memudahkan pengiriman hasil penghitungan suara di TPS. “Unik, lembaga seperti RRI kok mau merepotkan diri melakukan quick count. Kenapa tidak menyiarkan saja seperti TVRI. Motivasinya apa? Dananya pun dipertanyakan,” ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor kepada wartawan, Jumat (11/7).
Dia mengungkapkan, baru pada pemilihan presiden kali ini RRI melakukan quick count. Jadi, wajar banyak yang mempertanyakan tujuan lembaga penyiaran pemerintah itu yang terlibat aktif dalam penghitungan suara.
Firman tidak menampik kemungkinan quick count RRI didanai salah satu pasangan capres-cawapres. “Pasti ada dana-dana yang belum pasti sumbernya. Dari mana dananya, tetap bisa dipertanyakan. Tetapi yang terpenting adalah, apa motivasinya,” katanya.
Data terakhir RRI menyebutkan, perolehan suara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 47,49 persen. Sementara Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) 52,51 persen. Data yang masuk hingga pukul 15.00 WIB, sebanyak 99,30 persen.
Menurut Firman, hasil yang mengunggulkan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 itu memicu kecurigaan masyarakat akan netralitas dan independensi RRI. “Memberikan kesan berpihak. Merusak citra RRI karena ada kecurigaan RRI menjadi corong kelompok tertentu,” tuturnya.