REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dosen Ilmu Politik Unair, Ucu Martanto berpendapat hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2014 yang dilakukan oleh RRI bekerja sama dengan LKBN Antara, cukup kredibel lantaran kedua lembaga itu tak berpihak pada salah satu kubu. RRI sudah memiliki seperti pemilu legislatif dan pemilu presiden lalu.
"Pengalaman RRI menyelenggarakan quick count sudah sejak pileg dan pilpres 5 tahun yang lalu. Jadi bukan saat pilpres ini saja," kata Ucu dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/7).
Menurut Ucu, harus dibedakan antara quick count, exit poll, dan survei elektabilitas. Pada survei exit poll dan elektabilitas, kuesioner digunakan untuk mendapat informasi tentang preferensi politik pemilih, segment sosial ekonomi, dan pilihan saat pileg. Namun, untuk quick count hanya hasil pengitungan hasil suara di tempat pemungutan suara (TPS) yang mengacu pada form C1). "Jadi hanya perlu yg bisa baca tulis dan jujur. Untuk kualifikasi tersebut reporter dan penyiar pasti bisa. Aneh kalau dikatakan perlu SDM mumpuni sebagai enumerator quick count. Atau jangan-jangan yang berkomentar tidak tahu beda ketiganya," ujar Ucu.
Ucu menilai, quick count RRI sebagai upaya image building RRI bahwa lembaganya berubah lebih profesional, berkualitas, dan netral. Menurutnya, perkembangan radio dan televisi di dunia sudah banyak mengadopsi model research based jurnalism atau jurnalisme presisi. "Tidak hanya menyampaikan pesan-pesan dari nara sumber tapi disertai data, data, dan data! Kalau sebagai pakar komunikasi pasti lebih paham tentang ini," ujarnya.