Home >> >>
Ini Tiga Kerancuan Deklarasi Koalisi Permanen Merah Putih
Selasa , 15 Jul 2014, 18:24 WIB
Para petinggi tujuh partai politik menandatangi nota kesepakatan Koalisi Permanen Merah Putih di Pelataran Tugu Proklamasi, Jakarta, Senin (14/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Deklarasi Koalisi Merah Putih secara permanen dinilai membingungkan dan rancu. Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Leo Agustino mengungkapkan ada dua hal yang menarik untuk dianalisis terkait deklarasi ini.  

Pertama, kata dia, terkait koalisi permanen dan kedua, kemungkinan bergabungnya Partai Golkar dengan koalisi partai pendukung pasangan nomor urut dua Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Untuk yang pertama, kata dia, setidaknya ada tiga hal yang harus dipahami dalam koalisi permanen.  

Pertama, kata Leo, ketakutan pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atas kemungkinan pecahnya Koalisi Merah Putih apabila pasangan Jokowi-JK menang dalam Pilpres 2014. "Langkah ini diambil karena kecenderungan itu mulai terasa, terutama adanya tendensi Golkar dan PPP untuk memindahkan dukungannya kepada Jokowi-JK," kata Leo dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (15/7).

Kedua, lanjut dia, koalisi permanen merupakan metode lanjutan untuk menjaga kebersamaan seperti yang dilakukan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya, SBY pernah membuat koalisi permanen dalam bentuk Setgab Koalisi Partai Pendukung Pemerintahan SBY.  "Pembentukan setgab ini juga dilatari oleh ketakutan atau ketidakpercayaan atas partai komponen koalisi.  Oleh karena itu, diperlukan kesepakatan dalam bentuk koalisi permanen," kata Leo.

Ketiga, yang menurut Leo agak rancu dalam sistem presidensial di Indonesia yakni melakukan koalisi dalam sistem presidensial. Koalisi, kata dia, biasanya dilakukan dalam sistem parlementer.  "Mengapa ini terjadi?  Ini karena kita memadumadankan sistem presidensial dengan multipartai yang berakibat pada kemungkinan terjadinya 'minority government' dan politik transaksional," ujarnya.

Sedangkan perihal kedua, Leo menambahkan, mengenai kemungkinan bergabungnya Partai Golkar dengan koalisi pasangan Capres Jokowi-JK; Saya menilainya sangat mungkin terjadi apabila hasil hitungan KPU pada 22 Juli yang akan datang menunjukkan pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang.  "Manakala yang terjadi adalah sebaliknya, maka Golkar akan terus bertahan dalam Koalisi Merah Putih," ujar dia.

Redaktur : Muhammad Fakhruddin
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar