Prabowo Subianto bertemu Ketua PBNU Said Aqil Siroj usai melakukan pertemuan di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (15/7).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres dari Koalisi Merah Putih Prabowo Subianto bersilaturahim ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Selasa (15/7). Dalam pertemuan itu, Prabowo, antara lain menyebut adanya indikasi intervensi asing dalam proses demokrasi yang tengah berjalan di Indonesia.
Selepas melakukan pertemuan tertutup dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan tokoh ormas, Prabowo mengatakan indikasi itu. "Kita bahas ada indikasi pihak asing yang ingin campur tangan di Indonesia. Kita mengimbau sudahlah biar rakyat Indonesia menentukan nasibnya sendiri tidak usah dicampur oleh bangsa-bangsa lain," ujarnya di gedung PBNU, Jakarta Pusat.
Said Aqil ada di sebelah Prabowo saat meladeni pertanyaan dari awak media. Prabowo memang tidak menunjuk langsung pihak asing mana yang diduga melakukan intervensi. Ia justru membalikan itu pada awak media sembari berkelakar. "Kayak gak tahu aja ente. Siapa yang mau datang, kalian lebih tahu lah," ujar mantan danjen Kopassus itu sambil tertawa.
Namun, Prabowo sempat mengungkap bagaimana indikasi adanya intervensi asing. Ia mencontohkan pemberitaan di media asing yang sudah menyebut pemenangan dalam Pemilu Presiden/Wakil Presiden. Kemudian, ia mengatakan, media asing pun selalu bertanya kesiapan Prabowo apabila tidak mendapat mandat rakyat. "Ini namanya perception building," kata capres pasangan Hatta Rajasa itu.
Saat berbincang dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Prabowo pun mengungkapkan adanya indikasi campur tangan pihak asing. Ia mengatakan, sempat mendapat laporan mengenai upaya duta besar negara tertentu yang mengumpulkan kepala daerah dan memberi masukan atas calon yang akan dipilih. "Ini kan sudah intervensi, ya kan. Jadi Indonesia ini dari dulu selalu menjadi incaran," ujar dia.
Hanya saja Prabowo percaya dan optimistis menatap hasil penghitungan suara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada 22 Juli. Ia pun yakin dengan kekuatan jajaran pendukungnya yang melibatkan tujuh partai politik dalam koalisi Merah Putih. "Saya punya kekuatan besar di belakang saya, 62 persen. Yah janganlah terlalu dianggap enteng saya," kata dia.
Seperti diberitakan, tidak lama lagi mantan presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton akan datang ke Indonesia. Kedatangan Clinton yang berbarengan dengan penetapan hasil Pilpres pada 22 Juli mendatang, disebut-sebut sebagai rangkaian intervensi asing.