Prabowo Subianto dan Ketua PBNU Said Aqil Siroj saat melakukan pertemuan tertutup dengan perwakilan dari 12 ormas Islam di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (15/7).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres dari Koalisi Merah Putih Prabowo Subianto meminta semua elemen untuk menjaga ketenangan dalam proses demokrasi yang tengah berjalan. Pasangan Hatta Rajasa itu ingin demokrasi di Indonesia berjalan dalam trek yang benar.
"Bukan demokrasi yang bentuknya demokrasi, prosedurnya demokrasi, tapi azasnya, rohnya tidak demokrasi," kata Prabowo ketika bersilaturahim dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin di gedung Dakwah Muhammadiyah, Selasa (15/7).
Prabowo mengkritisi pernyataan tertentu yang mengindikasikan Pemilu Presiden/Wakil Presiden ini ibarat perang. Di mana dalam perang itu, menurut dia, ada anggapan yang penting menang bagaimanapun caranya.
"Kami tidak menganggap ini perang. Perang itu lawan musuh. Kalau sesama warga negara kenapa dianggap perang," kata ketua dewan pembina Partai Gerindra itu.
Dengan dukungan tujuh partai politik, Prabowo mengatakan, telah mempunyai kekuatan besar. Namun, ia tidak ingin menggunakan kekuatan itu untuk membuat suasana tidak kondusif. Ia meminta semua untuk menahan diri.
"Kami menghimbau semua pihak untuk tidak memakai bahasa-bahasa yang menghangatkan suasana. Kita harus menganggap pergantian pemimpin itu biasa. Siapapun yang dipilih, ya marilah kita ikuti aturan main yang sejuk, yang baik," ujar mantan panglima Kostrad itu.
Din sepakat dengan pandangan Prabowo. Ia mengatakan, Muhammadiyah ikut mencermati bagaimana situasi dan kondisi selama penyelenggaraan pemilu. Din melihat adanya polarisasi yang membuat masyarakat terbelah.
Kecenderungan tersebut, menurut dia, bisa muncul karena hanya ada dua kandidat yang maju dalam kontestasi. Namun, ia tidak sepakat apabila ini dinyatakan sebagai perang. "Saya pribadi sangat setuju ini bukan perang, bukan Perang Badar, bukan Perang Uhud," katanya.
Untuk itu, Din pun menghimbau semua pihak untuk tetap menjaga persatuan. Ia mengatakan, semua harus tetap tenang menunggu hasil keputusan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ia meminta para pendukung pun tidak melakukan selebrasi berlebihan sebelum adanya keputusan KPU.
Dia tidak ingin bangsa ini justru terpecah belah. "Sekarang ini saatnya untuk kembali pada titik persaudaraan dan kebangsaan," ujar ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.