Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Pangkostrad Letjen Gatot Nurmantyo, dan Kapuspen Mayjen Fuad Basya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah mendeteksi akan adanya peningkatan tensi konflik pada 22 Juli 2014, tepat ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan pemenang Pilpres 2014.
Peristiwa rusuh itu berpotensi dilakukan masing-masing pendukung capres dan cawapres karena merasa tidak puas dengan hasil keputusan KPU.
"Jika melihat masing-masing pendukung sudah deklarasi tentu ada peningkatan tensi konflik saat KPU mengumumkan satu pemenang," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya saat dihubungi Republika, Rabu (16/7).
Meski demikian, kata Fuad, dipastikan konflik komunal itu tidak akan meluas, mengingat Panglima TNI Jenderal Moeldoko sudah menginspeksi kesiapan semua pasukan dan perlengkapan untuk mencegah terjadinya kerusuhan. "Semua kelangkapan, baik kekuatan alutsista, logistik dan pasukan sudah siap," ujarnya.
Menurut Fuad, TNI sudah mendatangi markas semua pasukan elite di TNI, seperti Kostrad, Kopassus, Paskhas, dan Marinir supaya siap bergerak untuk mencegah konflik. "Jadi tadi itu ngecek semua kelengkapan logistik dan akomodasi untuk selalu stand by dalam rangka pengamanan rangkaian pengumuman 22 Juli nanti," ujarnya.
Fuad pun mengimbau, semua pendukung capres dan cawapres, jika tidak puas dengan hasil keputusan KPU supaya mengajukan gugatan hukum ke Mahkamah Konstitusi (MK) daripada melakukan kerusuhan.