Prabowo Subianto dan Joko Widodo saling berpelukan jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengajar Politik dan Kebijakan Publik FISIP Universitas Syiah Kuala, NAD, Aryos Nivada berpendapat ajakan rekonsiliasi dari calon presiden nomor uut dua Joko Widodo (Jokowi) merupakan bentuk kedewasaan politik. Menurutnya, tindakan dari Jokowi mewujudkan langkah rekonsiliasi merupakan cerminan dari kedewasaan berpolitik serta sikap negarawan Jokowi-Jusuf Kalla.
Menurut Aryos, jika Jokowi-JK menang pada Pilpres 2014, langkah awal tidak hanya diperlukan langkah rekonsiliasi tetapi mengajak keikutsertaan pasangan calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk berkomitmen membangun dan membawa perubahan Indonesia lebih baik. “Langkah rekonsiliasi bagian dari tahap awal serta fondasi penting membangun hubungan dan keterlibatan aktif dalam membawa perubahan dan kemampanan segala sektor baik politik, ekonomi, dan lainnya,” kata Aryos dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (18/7).
Aryos menambahkan, hal penting patut dicatat bahwa rekonsiliasi mempermudah kerja-kerja melayani rakyat dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai seorang presiden dan wakil presiden di kepemerintahan jika Jokowi-JK terpilih pada 22 Juli 2014, berdasarkan hasil keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Efek lain jika rekonsiliasi terjadi, kata dia, semakin memperkuat konsolidasi dan sinergisasi antara para pendukung atau simpatisan kedua kandidat pilpres dalam memajukan Indonesia. “Saya tegaskan sikap rekonsiliasi ibarat membangun jembatan kepercayaan setelah pertarung di Pilpres 2014 antara yang menang dan yang kalah,” ujarnya.