Akademisi: Pernyataan Kekhawatiran Elite Soal Konflik Pascapilpres Ganggu Iklim Investasi
Prabowo Subianto dan Joko Widodo saling berpelukan jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para elite politik pendukung pasangan calon presiden diminta tidak perlu menghembuskan kekhawatiran akan munculnya konflik yang berujung pada anarkisme setelah pengumuman pemenang pilpres, pada 22 Juli 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ekonom Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten,Dahnil Anzar Simanjuntak, berpendapat kekhawatiran-kekhawatiran tersebut mengganggu kondusifitas iklim investasi Indonesia. Menurutnya, fakta bahwa banyak investor yang wait dan see dan tidak membuat keputusan ekonomi strategis sampai ada kepastian politik, jangan kemudian diperparah dengan sentimen negatif seperti konflik pilpres yang berujung pada chaos. Sehingga membuat investor justru berasumsi kepastian sulit didapat. "Yang perlu dilakukan para tokoh dan politisi adalah menyampaikan pesan-pesan optimisme kepada pasar, bahwa rakyat indonesia sudah sangat dewasa dalam berdemokrasi," kata Dahnil dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (19/7).
Dahnil menambahkan , kalau ada capres yang tidak menerima hasil pengumuman KPU nanti, masih ada mekanisme hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK). "Saya yakin bila ada capres yang justru tidak negarawan dan cenderung provokatif ketika kalah, bisa dipastikan dia akan ditinggal oleh rakyat Indonesia, bahkan oleh pemilihnya sendiri," ujarnya.