Seorang anggota dari Republik Aeng-aeng dan Pasoepati memegang poster bertemakan pemilu damai saat aksi kampanye damai di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (6/4).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menyatakan, menemukan tiga modus kecurangan yang dilakukan oleh tim Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Modus tersebut disebut dijalankan dengan sangat terencana karena melibatkan banyak pihak.
"Modus mereka cerdik tapi dapat mematikan demokrasi," ujar penasehat pemenangan Prabowo-Hatta, Letjen TNI Purn Suryo Prabowo di Jakarta, Ahad (20/7).
Modus pertama, katanya, melakukan mark up atau penggelembungan suara di sejumlah daerah khusus dengan TPS terpilih. Daerah dipilih yang menguntungkan secara politik. Seperti DKI, Jateng dan Bali dengan populasi padat pemilih.
"TPS dipilih yang panitianya dari insur kader mereka. Di TPS inilah mobilisasi suara dilakukan. Banyak orang tidak dikenal datang hanya tunjukkan KTP bisa mencoblos Jokowi-JK," katanya.
Modus kedua, lanjutnya, kecurangan dilakukan dengan memanipulasi jumlah penghitungn suara. Ini dilakukan dengan bermain fatamorgana angka.
"Rekap suara di Kediri, Jawa Timur misalnya, Prabowo-Hatta dapat 294.429 dan Jokowi-JK dapat 619.456. Jumlah angka Jokowi-JK berubah jadi 919.456. Angka 6 dan 9 kan mirip, tinggal dibalik saja sudah dapat 300 ribu suara mereka," ucapnya.
Modus ketiga, katanya, melakukan money politic. Yaitu dengan membagi-bagi uang atau kartu sehat untuk mempersuasi pemilih.
"Modus ketiga ini sulit dibuktikan, tapi di Boyolali relawan Prabowo-Hatta pernah menangkap basah mereka bagi uang. Pidato Denny JA yang tersebar luas di hadapan relawan juga anjurkan demikian," jelasnya.
Menurutnya, tim Prabowo-Hatta memegang semua bukti dari tiga modus kecurangan tersebut. "Buktinya berupa dokumen, foto atau rekaman. Semua bukti sudah disiapkan. Selama ini kami dituduh curang, padahal merekalah yang curang. Kami harap KPU tidak tutup mata dengan kecurangan ini," paparnya.