Capres Joko Widodo (kanan), Juru bicara timses Anies Baswedan (tengah) dan Sekjen PDI Perjuangan Tjahyo Kumolo (kiri) berpose di depan wartawan sebelum debat final di Jakarta, Sabtu (5/7).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator saksi Jokowi-JK, Djarot Syaiful Hidayat mengatakan, pasangan capres-cawapres nomor urut dua unggul di 23 provinsi. Jokowi-JK, menurut dia, hanya kalah di 10 provinsi.
Djarot mengatakan, tim telah melakukan tabulasi suara secara manual, mulai dari tingkat TPS sampai provinsi. Hasilnya, dari total suara masuk 100 persen, Jokowi-JK meraih suara 53,15 persen, sementara Prabowo-Hatta 46,85 persen.
"Kalau ada perbedaan suara dengan penghitungan resmi KPU, saya yakin tidak begitu banyak," ujar Djarot dalam rapat koordinasi nasional Tim Kampanye Jokowi-JK di Jalan Sisingamangaraja Nomor 5, Jakarta Selatan, Ahad (20/7).
Dia menambahkan, dari 23 provinsi yang dimenangkan Jokowi-JK, ada empat provinsi yang perolehan suaranya di atas 70 persen, yakni Bali dengan 71,4 persen suara, Sulawesi Selatan dengan 71,83 persen suara, Sulawesi Barat dengan 73,21 persen suara, dan Papua dengan 73,97 persen suara.
Sementara, kekalahan di alami Jokowi-JK di sepuluh provinsi, yakni Aceh, Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, NTB, Kalimantan Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara.
Sebelumnya, pada konferensi pers hasil hitung manual yang dilakukan tim internal pada 15 Juli lalu, Djarot mengumumkan Jokowi-JK unggul di 24 provinsi. Saat itu, dari hasil hitung sementara, Jokowi-JK unggul tipis di Kalimantan Selatan dengan suara 50,05 persen. Namun, saat ini kedudukan telah berbalik. Prabowo-Hatta unggul di provinsi tersebut dengan perolehan suara 50,05 persen, sementara Jokowi-JK 49,95 persen.