REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persaingan Pilpres 2014, tidak hanya diwarnai kompetisi antara tim sukses, tapi juga perang survei. Itu lantaran lembaga survei seolah terbelah menjadi dua.
Lembaga survei, seperti Puskaptis, JSI, IRC, dan LSN mengunggulkan due Prabowo-Hatta. Sebaliknya, Charta Politika, Cyrus Network, CSIS, Polltracking, LSI, IPI, SMRC, bahkan Litbang Kompas memprediksi pasangan Jokowi-JK yang menang.
Pengamat Universitas Diponegoro Ari Junaedi menyatakan, fenomena itu merupakan hal biasa dalam kompetisi. Hanya saja, kata Ari, pada akhirnya waktu juga yang membuktikan, siapa yang prediksinya kredibel dan mana yang abal-abal berdasarkan pesanan.
"Akhirnya publik pun terbuka matanya, mana lembaga survei yang kredibel dan tak kredibel," kata Ari kepada wartawan, Senin (21/7).
Menurut dia, keberadaan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) layak diapresiasi. Pasalnya, Persepi berani melakukan audit dan menyatakan lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK dalam hitung cepatnya, bekerja sesuai kaidah ilmiah. Justru, kata dia, lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta, enggan diaudit. Hal itu semakin menunjukkan kecurigaan yang membuat publik curiga.
Menjelang berakhirnya real count KPU pada Selasa (22/7), di mana Jokowi-JK sudah menunjukkan keunggulan raihan suara yang secara persentase tak jauh beda dengan prediksi Charta Politika maupun hasil quick count beberapa lembaga survei. "Fakta ini membuktikan, siapa yang asal-asalan dan kredibel," kata dia.
Karena itu, kata dia, masyarakat akhirnya tahu lembaga survei mana yang menggadaikan kaidah ilmiah demi sebuah kepentingan politik atau iming-iming fulus dan lembaga yang masih menjunjung profesionalitas dalam melakukan survei. "Jadi, mana survei yang dikerjakan ala kadarnya, akhirnya diketahui sudah," katanya.
Seperti diketahui, Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya, melansir survei terbarunya sehari sebelum pencoblosan. Dalam sigi terbarunya, diprediksi pasangan Jokowi-JK bakal menjadi pemenang Pilpres 2014, dengan keunggulan antara empat hingga delapan persen.
Dalam hasil surveinya, terungkap elektabilitas Jokowi-JK mencapai 49,2 persen. Sementara, Prabowo-Hatta hanya 45,1 persen. Sisanya 5,7 persen belum menentukan pilihan atau menjawab tidak tahu. Maka, jika prediksi Jokowi unggul dengan selisih empat persen, hasil akhir kemungkinan pemenang mendapat suara 53 persen.