REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengajar Politik dan Kebijakan Publik FISIP Universitas Syiah Kuala, NAD, Aryos Nivada berpendapat keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan mengumumkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sebagai peraih suara terbanyak pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 bukan kemenangan koalisi partai politik pendukung, tetapi kemenangan seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu, kata dia, kemenangan Jokowi-JK menjadi perekat dalam membangun persatuan dan kesatuan lintas suku, budaya, dan agama. Menurutnya, hal terpenting untuk membangun kebersamaan dan pergerakan membawa perubahan Indonesia menjadi lebih hebat untuk masa kini dan depan. "Untuk itu dibutuhkan jalinan kebersamaan dan pergerakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali," kata Aryos dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/7).
Menurutnya, ke depannya diperlukan partisipasi aktif dari kita semua lintas komponen masyarakat sipil tanpa terkecuali untuk mengawal pemerintahan di era kepemimpinan Jokowi-JK agar fungsi dan peran pemerintah memberikan pelayanan publik dan kesejahteraan dapat tercapai sesuai harapan rakyat. "Kita mesti kawal janji-janji kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bagi pasangan kalah, mari bersama membangun Indonesia dengan memberikan masukan yang konstruktif bagi kepemimpinan Jokowi dan JK hasil terpilih sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019," ujarnya.
Aryos menambahkan, keinginan duet Prabowo-Hatta yang ingin mengajukan gugatan ke Mahkamah Konsitusi adalah sebuah tindakan yang patut dihargai sebagai bagian dari mekanisme berdemokrasi. "Indonesia butuh pemimpin yang menang tidak tinggi hati dan yang kalah tidak rendah diri. Joko Widodo-Hatta dan Prabowo-Hatta adalah putra-putra terbaik bangsa Indonesia yang dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah Indonesia," katanya.