REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta-- Sebagai pengusaha, baik Jokowi maupun Jusuf Kalla dinilai mempunyai pandangan fiskal yang konservatif. Keduanya pun diprediksi cukup berani nantinya untuk menaikkan harga BBM agar perekonomian Indonesia sehat.
Ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan melihat bahwa sebagai pengusaha Jokowi cukup berpengalaman menghadapi persaingan global. Jokowi berhasil membina hubungan bisnis yang baik dengan pengusaha di Eropa, Asia, dan Amerika.
Sedangkan Jusuf Kalla, selama ini banyak bergerak di bisnis infrastruktur dan perdagangan dalam negeri. Baik Jokowi maupun JK, dinilai sepakat bahwa kerjasama antara investor, pengusaha, baik asing dan domestik diperlukan untuk pembangunan ekonomi.
"Yang pasti kedua sosok tidak terlalu suka orang yang banyak teori. Keduanya juga tidak suka melihat tingginya subsidi BBM," kata Fauzi.
Keduanya melihat subsidi BBM sebagai pemborosan dan pembocoran luar biasa. Penghematan subsidi BBM lebih baik digunkan untuk membiayai program infrastruktur dan pendidikan. Melihat latar belakang keduanya, pemerintahan mendatang diperkirakan akan sangat menjaga agar defisit APBN berada di bawah 3 persen seperti peraturan perundang-undangan.