REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Televisi masih menjadi referensi utama masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait Pemilu Legislatif 9 April 2014, demikian Lembaga Survei Founding Fathers House.
"Sebanyak 67 persen dari 1.070 responden mengaku mendapatkan informasi lewat televisi, baik dari pemberitaan di televisi atau iklan," kata Peneliti Senior FFH Dian Permata dalam paparan bertema "Pengenalan Publik Tentang Partai Politik: Bagaimana Kualitas Pileg 2014?" di Jakarta, Rabu (29/1).
Dalam survei tersebut, sebanyak 6,26 persen responden mengaku tahu tentang Pileg karena membaca berita di media massa; 5,88 persen memperoleh informasi dari teman; 3,17 persen dari baliho; 1,96 persen dari perangkat desa; 1,58 persen dari stiker; 1,4 persen dari spanduk; 1,3 persen dari surat kabar; 1,12 persen dari internet; 1,02 persen dari keluarga; 0,74 persen dari sosialisasi partai; dan 8,5 persen lainnya tidak tahu.
"Yang menarik, sosialisasi dari partai politik justru sangat kecil, padahal yang jadi 'manten' pada 9 April nanti adalah mereka," katanya. Dian menyayangkan hal penting seperti itu bisa luput dari perhatian parpol yang memang membutuhkan suara publik untuk bisa maju dalam roda pemerintahan.
Ia juga mengkritisi banyaknya kampanye tidak efektif yang dibuat oleh sejumlah partai. Menurut dia, beberapa partai justru tidak mencantumkan nomor urut partainya dalam iklan sehingga tidak mendukung pengetahuan publik dalam Pemilu nanti.
"Nomor urut berpengaruh pada tingkat elektabilitas. Lihat saja kenapa PKPI dan Hanura rendah? Dalam iklan PKPI dan Hanura, yang ditunjukkan adalah sosoknya, 'man behind the gun'-nya, yakni Sutiyoso dan Win-HT, bukan partainya, sehingga publik ya hanya melihat sosok itu, bukan partainya," ujarnya.
Sebaliknya, 'serangan udara' melalui iklan di televisi dirasakan positif oleh Partai Nasdem, Golkar, PDI Perjuangan dan PAN serta Gerindra.
Partai Nasdem dinilai beruntung karena berada di urutan pertama dalam kompetisi di Pemilu 2014 sehingga mudah diingat masyarakat. Begitu pula dengan Golkar (nomor urut 5) dan PDIP (nomor urut 4). Sementara PAN yang bernomor urut 8 juga efektif menerapkan kampanye karena menyisipkan angka tersebut dalam lirik lagu di iklannya.
"Dalam kasus Gerindra, meski sosoknya dimajukan, tapi mereka juga tidak lupa menyisipkan nomor dalam iklannya," katanya. Survei dilaksanakan 18 Desember 2013 hingga 25 Januari 2014 di 34 provinsi dengan melibatkan 1.070 responden yang sudah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 kecuali anggota TNI dan Polri aktif.
Pengambilan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan bantuan kuisioner. Ada pun tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan "margin of error" kurang lebih 3 persen.