Demokrat 'Ngebet' Ajak PDIP Berkoalisi
Senin , 03 Feb 2014, 20:06 WIB
Puspa Perwitasari/Antara
Ramadhan Pohan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Partai Demokrat ngebet mengajak PDIP berkoalisi. Yang bikin Demokrat kesemsem, sikap oposisi Megawati yang teguh dan obyektif dibandingkan sejumlah partai koalisi lain yang merongrong pemerintahan.

"Lebih enak koalisi dengan PDIP. Jelas. A kata Ibu Mega, A ke bawah," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Ramadhan Pohan di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (3/3).

Salah satu partai koalisi yang dianggap Demokrat acap merongrong pemerintahan adalah PKS. Ramadhan menyatakan pilihan koalisi yang dilakukan PKS tidak jelas karena sampai sekarang kader PKS di DPR terus menyerang pemerintah. "PKS nggak jelas, kayak Fahri (Fahri Hamzah Komisi III DPR) sampai sekarang ngantemin saja," ujarnya.

Ramadhan cukup optimistis koalisi PDIP dan Demokrat bakal terbangun. Hal ini karena baik PDIP maupun Demokrat sama-sama pernah berada dan memimpin pemerintahan. Selain itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga pernah menjadi Mekopolhukam, membantu Kabinet Gotong Royong Megawati Soekarno Putri.

Komunikasi politik Demokrat dan PDIP akan mulai dibangun pasca pemilu legislatif. Ramdhan memastikan wacana koalisi ini bukan sekadar basa-basi politik. Kabar ketegangan hubungan antara Megawati dan SBY juga dianggap Ramadhan bukan halangan berkoalisi "Tidak ada yang tegang. Keluarga besar PDIP bertemu Pak SBY biasa saja, tidak ada masalah," katanya.

Ramadhan belum mau berspekulasi soal format koalisi capres-cawapres yang mungkin terjalin antara Demokrat dan PDIP. Namun dia tidak membantah belakangan beredar wacana untuk mengusung Megawati-Pramono Edhie pada Pilpres 2014. "Banyak juga yang ngomong, tapi nantilah lihat setelah pileg," ujarnya.

Redaktur : Nidia Zuraya
Reporter : Muhammad Akbar Wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar