REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena pencalegan artis dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan (pemilu) oleh parpol masih sebatas menjadi demagog bagi peraihan suara parpol tersebut secara keseluruhan.
Fenomena ini makin mempersuram masa depan demokrasi dan hanya menghasilkan pemimpin yang berpikiran sempit. "Idealnya parpol memiliki sistem rekrutmen dan mekanisme menjadi kader yang jelas. Ini malah membangkitkan terpilihnya penguasa yang senang menggunakan jalan pintas," kata pakar komunikasi politik Universitas, Ageng Tirtayasa Iman Mukhroman, Senin (10/2).
Parpol, kata dia, asal mencalegkan artis tertentu hanya untuk kepentingan raihan suara partai. Iman meminta, parpol seharusnya melihat rekam jejak sang artis dalam profesi keartisannya.
Juga intensitas kegiatannya dalam parpol dan kapabilitas komunikasi politiknya selama menjadi kader. Menurut Iman, itu dilakukan untuk menghindari kegagapan caleg artis ketika diuji publik akan pengetahuan kepartaian dan politiknya.
"Jangan sampai mereka gagap ketika ditanya visi dan misi politiknya seperti yang dialami sejumlah caleg artis," kata Iman.