REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pencapresan Joko Widodo (Jokowi) sebelum pileg dianggap sebagai jalan menuju kemenangan besar.
"Semangat Pro-Jokowi sekarang sama besarnya ketika semangat Pro-Mega pada masa 1999," kata insiator kader dan simpatisan PDI Perjuangan Pro-Jokowi (Projo) Fahmi Habsyi di Depok, Senin (17/2).
Sejatinya, kata dia, harapan rakyat yang tinggi dapat dapat direalisasikan. Walau pun mempunyai dimensi waktu yang berbeda. Karena jika pilpres langsung maka Jokowi dianggap akan menang sebagai presiden.
Ia juga menilai pidato Megawati Sukarnoputri sebagai harga mati. Yaitu, bahwa PDIP tidak boleh sekedar menang pada pemilu legislatif, tapi harus mendapatkan kemenangan yang besar dan memukau agar dapat mengawal Trisakti.
"Bu Mega telah menempatkan agenda ideologi dan kebangsaan di atas segala-galanya. Di atas agenda taktis pencapresan yang telah menjadi ajang kekhawatiran sebagian elite partai yang masih berpikir 'saya dapat apa' nanti," kata aktivis UI 98 tersebut.
PDIP Projo melihat lompatan visi Megawati tersebut sebagai sinyal positif. Yaitu bahwa strategi pencapresan adalah kerja taktis untuk mencapai agenda yang lebih strategis pada masa datang.
"Apapun strategi pemenangan pileg dilakukan asalkan sesuai koridor demokrasi agar PDI Perjuangan dapat menguasai mayoritas parlemen, presiden dan mayoritas kabinet dengan nilai politik cum laude," ujarnya.
Projo, kata dia, meragukan kekaderan segelintir elite partai yang memaksakan untuk menahan gerakan pro-jokowi.
"Silakan pegang kemudi harapan rakyat saat ini. Jika terjadi tabrakan dan terperosok jurang pada pemilu legislatif nanti, maka akan menjadi duka cita politik yang tak berkesudahan bagi kader dan simpatisan PDIP," ujarnya.