REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan menegaskan pengungkapan penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di rumah dinasnya bukan untuk mengalihkan berbagai isu yang mendera partai itu seperti kasus bus Transjakarta dan rencana mundurnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"(Persoalan penyadapan diungkapkan) itu terjadi karena pertanyaan wartawan pada Pak Sekjen (Tjahjo Kumolo) saat launching buku setelah ada teror kader NasDem di Aceh," kata Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDI Perjuangan TB Hasanuddin di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (24/2).
Dia mengatakan munculnya isu penyadapan tidak ada kaitan untuk mengalihkan isu Risma, ang ingin mundur sebagai Wali Kota Surabaya dan bus Transjakarta berkarat. TB Hasanuddin mengklaim bahwa partai tidak menjalankan teori pencitraan untuk membangun citra di hadapan publik.
Dia juga mengaku tahu pelaku penyadapan itu namun enggan mempublikasikannya. Hal itu menurut dia, PDI Perjuangan sudah terbiasa di teror sehingga selalu siap siaga dibeberapa lokasi sentral seperti Ruang Rapat Ketua Fraksi.
"Saya tidak akan berbicara (pelaku penyadapan) karena nanti akan menjadi ramai," ujarnya.
Selain itu dia memperkirakan penyadapan itu dilakukakan saat proses pembersihan dan renovasi rumah sebelum Jokowi menempatinya. Namun dia menegaskan tidak perlu khawatir karena pihaknya langsung mengupayakan penyesatan hasil sadapan tersebut. "Tetapi, tidak usah khawatir, kita langsung mengupayakan penyesatan (hasil sadapan). Jadi, mungkin pembicaraan di sana soal makanan-minuman benar," katanya.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan ditemukan tiga alat sadap di rumah dinas Jokowi dan itu diindikasi kuat adanya teror yang mengarah pada partainya dari pihak eksternal. Tiga alat sadap itu menurut Tjahjo berada di tempat tidur, ruang tamu, dan di tempat makan.