REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah pencapresan Joko Widodo (Jokowi) oleh PDI Perjuangan telah membuat perubahan peta politik. Jika ingin bisa bersaing dengan Jokowi, Partai Golkar dan Partai Demokrat disarankan untuk berani menampilkan tokoh baru, yang menjadi figur terbaik di parpol.
“Awalnya, semua mengira bahwa tiket capres akan dipegang Ketua Umum PDI Perjuangan. Tapi ini tidak dan malah diberikan kepada kader. Ini terobasan baru dan harus ditiru oleh partai lainnya," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pancasila, Hukum, Dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (Puskadhdem-Unnes), Arif Hidayat di Jakarta, dalam diskusi paparan penelitian: Diantara Persepsi Publik dan Persepsi Elit: Jokowi Effect vs Zalianty Effect, Senin (31/3).
Dalam survei yang dilakukan Puskaphdem, kata Arif, tingkat elektabilitas Jokowi memang jauh di atas elit politik di internal PDI Perjuangan lainnya. Elektabilitas Jokowi mencapai 54.03 persen. Sementara Megawati Soekarnoputeri hanya 21,37 persen, Puan Maharani (3,94 persen), Pramono Anung 1,1 persen), Tjahjo Kumolo 0,27 persen), dan undecided voters (19,26 persen).
Sementara di Partai Golkar terjadi kejutan. Tokoh muda Priyo Budi Santoso merangsak ke atas unggul tipis atas para seniornya. Priyo Budi Santoso memiliki elektabilitas 18,44 persen. Sementara M Jusuf Kalla (17,33 persen), Aburizal Bakrie (16,42 persen), Akbar Tandjung (11,74 persen), Agung Laksono 3,94 persen), Ade Komarudin (1,1 persen), dan undecided voters 31 persen).
Tingginya elektabilitas wakil ketua DPR itu dilatarbelakangi akrobat dan manuver politik yang dilakukannya akhir-akhir ini. Seperti diketahui, menemui Walikota Tri Rismaharini di DPR pada 21 Februari. Kemudian dilanjutkan pertemuan dengan Dino Patti Djalal (3/03). Dua manuver itu bahkan mendapatkan porsi besar dan menjadi berita utama disejumlah media massa.
Kondisi ini ditambah dengan anjloknya elektabilitas Aburizal Bakrie. Beredarnya video dan foto plesiran Aburizal Bakrie dan Zalianty bersaudara memberi pukulan telah terhadap persepsi dan elektabilitas Aburizal Bakrie terjun bebas.
Situasi ini makin diperkeruh dengan keputusan pemerintah kepada Lapindo untuk segera menyelesaikan masalahnya di Sidoarjo. “Belum selesai masalah video itu, memori publik seperti dibangkitkan lagi tentang kasus Lapindo yang menimpa warga Sidoarjo," ungkap Arif.
Terjunnya elektabilitas Ical ternyata membawa keuntungan bagi Priyo Budi Santoso, M Jusuf Kalla, dan Akbar Tandjung. Maka tidak heran apabila, angka elektabilitas ketiga elit Partai Golkar itu dapat menyaingi ARB.