REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar disarankan untuk melakukan evaluasi terhadap pencapresan Aburizal Bakrie, pada rapat pimpinan nasional (Rapimanas) Partai Golkar yang diselenggarakan usai Pemilu Legislatif (Pileg) 2014.
"Hal ini dilakukan agar menyelamatkan marwah Partai Gokar sendiri. Di mana, pada Pilpres 2009, Partai Golkar gagal menaruh kadernya duduk di kursi capres atau cawapres," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (Puskadhdem-Unnes), Arif Hidayat di Jakarta, dalam diskusi paparan penelitian: Diantara Persepsi Publik dan Persepsi Elit: Jokowi Effect vs Zalianty Effect, Senin (31/3).
Arif menyarankan Partai Golkar mengikuti langkah PDI Perjuangan dengan mendengarkan persepsi publik tentang siapa kader terbaik mereka yang akan betarung di Pilpres 2014. Bila tetap memaksa ARB sebagai capres 2014 maka itu sama saja hanya mendengarkan segelintir persepsi elit di Partai Golkar. Selain itu juga melawan tagline Partai Golkar sendiri yakni 'Suara Golkar, Suara Rakyat'.
“Jangan sampai, hanya mengandalkan ereksibilitas saja tanpa didukung oleh elektabilitas. Jika begitu, maka tidak heran menimbulkan gejolak di internal Golkar. Karena hanya mengandalkan nafsu ketimbang kemampuan," ungkap Arif dalam siaran persnya.
Dalam survei Puskadhdem Unnes disebutkan Partai Golkar terjadi kejutan. Tokoh muda Priyo Budi Santoso merangsak ke atas unggul tipis atas para seniornya. Priyo Budi Santoso memiliki elektabilitas 18,44 persen. Sementara M Jusuf Kalla (17,33 persen), Aburizal Bakrie (16,42 persen), Akbar Tandjung (11,74 persen), Agung Laksono 3,94 persen), Ade Komarudin (1,1 persen), dan undecided voters 31 persen).
Survei dilaksanakan 19 Februari sampai dengan 28 Maret 2014 di 34 provinsi. Jenis penelitian adalah survei panel. Jumlah responden 1.090 orang, tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin of error ± 2.98 persen. Responden adalah orang yang sudah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 dan bukan TNI/Polri aktif. Pengambilan data melalui teknik wawancara dengan bantuan kuisioner