Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso saat memberikan sambutannya pada HUT ke-41 Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (25/2).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing menilai calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) harus mempunyai pendamping yang tepat. Ia menilai Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso menjadi sosok yang dapat menjadi pasangan Jokowi.
"Priyo mempunyai elektabilitas dan popularitas yang bagus," ujar Emrus, selepas acara diskusi hasil survei Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi (Puskaphdem) Universitas Negeri Semarang, di Jakarta, Senin (31/3). Hasil survei Puskaphdem pada 19 Februari-28 Maret 2014 dengan 1090 responden menunjukkan tingkat keterpilihan Priyo lebih tinggi di internal Partai Golkar ketimbang Aburizal Bakrie (Ical).
Ical sebagai calon presiden Partai Golkar hanya menempati posisi ketiga dengan elektabilitas 16,42 persen. Posisi pertama menjadi milik Priyo dengan persentase 18,44. Selain itu, menurut Emrus, Priyo juga mempunyai kapabilitas dilihat dari rekam jejaknya sebagai Wakil Ketua DPR RI. "Dia punya kemampuan di bidang yang membawahi Komisi I,II, dan III," kata dia.
Priyo merupakan wakil ketua yang menjadi koordinator bidang politik dan keamanan. Ruang lingkupnya mencakup Komisi I, II, dan III DPR RI. Menurut dia, Priyo salah satu figur yang dapat mendampingi Jokowi. "Untuk menutupi kelemahan Jokowi," ujar pengajar di Universitas Pelita Harapan itu.
Menurut Emrus, Jokowi masih belum memperlihatkan kemampuan dalam penyelesaian konflik dalam negeri. Ia juga melihat potensi Jokowi terkait politik internasional belum terlihat. Termasuk kemampuan teritorial terkait militer. "Dia masih jagoan dalam tanda kutip, menyelesaikan pelayanan publik di daerah," kata dia.
Emrus mengatakan, Priyo yang dapat melengkapi itu pada sosok Jokowi. Selain tentunya, menurut dia, jajaran kabinet menteri yang ada apabila Jokowi terpilih menjadi presiden. "Priyo saya pikir mempunyai potensi itu," ujar dia.
Memang saat ini Golkar masih tetap pada pendiriannya mengusung Ical sebagai capres. Namun melihat elektabilitas Ical, Emrus menilai, sebaiknya partai berlambang Beringin itu harus mulai memikirkan opsi lain, yaitu untuk berkoalisi. "Golkar evaluasi untuk bertanding. Tidak calon presiden, tapi berada posisi koalisi untuk wapres," kata dia.